Nilai tukar rupiah melemah 0,72% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.080/US$ pada perdagangan Senin kemarin (11/1).
Dolar AS yang mulai bangkit sejak pekan lalu terus menekan rupiah, begitu juga mata uang utama Asia lainnya yang mayoritas melemah. Indeks dolar AS hingga hari ini sudah menguat 4 hari beruntun, semakin menjauhi level terendah sejak Maret 2018.
Sementara itu dari dalam negeri, kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang lebih ketat, atau yang saat ini disebut Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) resmi dimulai Senin kemarin memberikan sentimen negatif bagi rupiah.
Namun, kabar baik datang setelah pasar finansial Indonesia tutup kemarin. Badan Pengawas Obat-obatan dan Makanan (BPOM) beberapa saat setelah pasar saham tutup kemarin memutuskan untuk memberikan izin penggunaan darurat atau emergency use authorization (EUA) pada CoronaVac, vaksin Covid-19 buatan Sinovac Biotech. Dasarnya vaksin ini sudah memenuhi syarat. Salah satunya tingkat efikasi (kemanjuran).
Sebelum BPOM, Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah memberi label halal dan suci untuk vaksin tersebut.
Dengan demikian, vaksinasi bisa segera dimulai. Meski prosesnya akan memakan waktu yang cukup panjang untuk agar vaksinasi di seluruh Indonesia selesai, tetapi harapan akan hidup berangsur-angsur normal kembali memberikan dampak positif ke rupiah pada hari ini, Selasa (12/1/2021).
Secara teknikal, level Rp 14.100 hingga Rp 14.115/US$ merupakan kisaran rerata pergerakan (moving average/MA) 50 hari atau MA 50 (garis hijau), sehingga menjadi resisten yang cukup kuat, dan bisa menentukan “hidup atau mati” rupiah hari ini dan sepanjang pekan ini.
Resisten tersebut bisa menahan pelemahan rupiah tetapi seandainya ditembus, rupiah berisiko melemah lebih jauh. Sehingga level tersebut menjadi kunci pergerakan rupiah di pekan ini.
Pada November 2020 lalu terjadi death cross alias perpotongan MA 50 hari, MA 100 hari (MA 100), dan 200 hari (MA 200). Death cross terjadi dimana MA 50 memotong dari atas ke bawah MA 100 dan 200.
Death cross menjadi sinyal suatu aset akan berlanjut turun. Dalam hal ini USD/IDR, artinya rupiah berpotensi menguat lebih jauh.
Sementara itu, indikator stochastic pada grafik harian mulai keluar dari wilayah jenuh jual (oversold), sehingga tekanan terhadap rupiah sedikit berkurang.
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Seperti disebutkan sebelumnya, resisten terdekat berada di kisaran Rp 14.100 hingga Rp 14.115/US$, jika ditembus dan tertahan di atasnya rupiah berisiko melemah ke Rp 14.200/US$ hingga Rp 14.260/US$ di pekan ini.
Sementara itu selama tertahan di bawah Rp 14.100/US$ rupiah berpeluang kembali menguat ke level psikologis Rp 14.000/US$. Jika level tersebut ditembus, Mata Uang Garuda berpeluang menguat menuju Rp 13.900 hingga Rp 13.880/US$.
Sumber CNBC Indonesia