Nilai tukar rupiah merosot melawan rupiah hingga pertengahan perdagangan Jumat (26/2/2021) hingga menyentuh level terlemah di tahun ini. Kenaikan yield obligasi (Treasury) serta penguatan dolar AS memberikan pukulan telak bagi rupiah.
Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan melemah tipis 0,07% ke Rp 14.090/US$. Tetapi kurang dari 1 jam rupiah sudah jeblok 0,85% ke RP 14.200/US$ dan tertahan di level tersebut hingga pukul 12:00 WIB. Level tersebut juga merupakan yang terlemah di tahun ini, jika melihat lebih ke belakang terlemah sejak 23 Desember 2020.
Tanda-tanda rupiah bakal jeblok sudah terlihat sebelum perdagangan dibuka. Kurs rupiah di pasar non-deliverable forward (NDF) sudah merosot tajam. Kabar buruknya, hingga tengah hari kurs NDF terus mengalami pelemahan, yang berisiko membuat rupiah merosot lebih tajam di sisa perdagangan hari ini.
NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.
Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot.
Kenaikan tajam yield obligasi (Treasury) AS membuat rupiah tertekan, bahkan mungkin jeblok tajam jika melihat pergerakan di pasar NDF.
Kamis kemarin, yield Treasury naik 12,6 basis poin ke 1,515%, bahkan sebelumnya sempat menyentuh 1,614%, tertinggi sejak Februari tahun lalu, atau sebelum virus corona dinyatakan sebagai pandemi, dan sebelum bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) membabat habis suku bunganya menjadi 0,25%.
Kenaikan tersebut berisiko memicu capital outflow dari pasar obligasi Indonesia, sebab selisih yield dengan Surat Berharga Negara (SBN) menjadi menyempit. Ketika terjadi capital outflow, maka nilai tukar rupiah akan tertekan.
Selain yield Treasury, indeks dolar AS pagi ini juga langsung naik 0,14% ke 90,26, yang dapat menambah tekanan bagi rupiah. Beberapa data ekonomi yang dirilis AS kemarin membuat the greenback bangkit.
Departemen Tenaga kerja AS kemarin melaporkan klaim awal pengangguran pekan lalu tercatat 730.000, atau jauh lebih baik dari prediksi ekonom dalam survei Dow Jones yang memperkirakan angka 845.000.
Sementara Departemen Perdagangan merilis data pesanan barang tahan lama per Januari yang naik 3,4%, jauh lebih baik dari konsensus Dow Jones pada angka 1%.
Sumber CNBC Indonesia