Nilai tukar rupiah berakhir stagnan di Rp 14.420/US$ pada perdagangan Kamis kemarin (25/3), setelah sempat melemah 0,24% di awal perdagangan. Kinerja rupiah cukup bagus kemarin, jika dibandingkan dengan mata uang utama Asia lainnya yang mayoritas melemah.
Kuatnya dolar AS tidak lepas dari ekspektasi pemulihan ekonomi Negeri Paman Sam di tahun ini.
Ketua bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed, Jerome Powell, melakukan rapat kerja dengan Kongres AS dalam 2 hari terakhir. Powell pada kesempatan kali ini menyebut perekonomian AS akan sangat kuat di tahun 2021.
“(Perekonomian AS) akan sangat-sangat kuat pada tahun ini. Kemungkinan besar seperti itu,” tegas Powell menjawab pertanyaan tentang prospek ekonomi Negeri Paman Sam, Rabu (24/3/2021).
Pulihnya perekonomian AS bisa menjadi kabar baik sekaligus kabar buruk juga. Kabar baiknya, ketika negara dengan nilai perekonomian terbesar di dunia ini pulih, negara-negara lainnya juga akan terkerek bangkit. Sebab roda bisnis akan berputar lebih cepat, ekspor ke Negeri Paman Sam akan meningkat.
Tetapi kabar buruknya, ada risiko terjadinya capital outflow dari negara-negara emerging market menuju Amerika Serikat. Sehingga mata uang emerging market seperti rupiah mengalami tekanan.
Sementara pada perdagangan hari ini, Jumat (26/3/2021) rupiah mendapat kabar baik tetapi ada juga kabar buruk. Kabar datang dari sentimen pelaku pasar yang membaik. Hal tersebut terindikasi dari penguatan bursa saham Eropa dan Wall Street pada perdagangan Kamis waktu setempat, dan disusul bursa Asia pagi ini.
Kabar buruknya yield obligasi (Treasury) dan indeks dolar AS sedang menanjak lagi pada hari ini. Indeks dolar AS bahkan mencapai level tertinggi 4 bulan, dan pagi ini naik 0,27%. Kenaikan kedua aset tersebut tentunya memberikan tekanan bagi rupiah.
Secara teknikal, tidak ada perubahan level-level yang harus diperhatikan, sebab rupiah yang disimbolkan USD/IDR berakhir stagnan kemarin. Rupiah berada di atas rerata pergerakan (moving average) MA 200 hari, sebelumnya juga sudah melewati MA 50 (garis hijau), dan MA 100 (garis oranye). Artinya rupiah kini bergerak di atas 3 MA sehingga tekanan menjadi semakin besar.
Meski demikian, Selasa (9/3/2021) rupiah yang disimbolkan USD/IDR membentuk pola Shooting Star. Pola ini merupakan sinyal pembalikan arah, artinya USD/IDR berpotensi bergerak turun dengan kata lain rupiah berpeluang menguat.
Sementara itu, indikator stochastic sudah mulai keluar dari wilayah jenuh beli (overbought).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Support terdekat berada di kisaran Rp 14.400 – 14.390/US$, jika mampu ditembus rupiah berpeluang menguat ke kisaran Rp 14.350-14.340/US$.
Namun, Selama tertahan di atasnya, rupiah berisiko melemah ke Rp 14.460 hingga 14.470/US$.
Sumber CNBC Indonesia