Rupiah mampu bertahan di zona hijau melawan dolar Amerika Serikat (AS) hingga pertengahan perdagangan Rabu (7/4/2021). Dolar AS sedang tertekan serta sentimen pelaku pasar yang sedang bagus membuat rupiah perkasa.
Melansir data Refinitiv, rupiah langsung melesat 0,34% ke Rp 14.450/US$. Sayangnya, level tersebut menjadi yang terkuat pada hingga pertengahan hari ini. Setelahnya, rupiah memangkas penguatan hingga stagnan di Rp 14.500/US$.
Perlahan rupiah kembali menguat, dan berada di Rp 14.470/US$, menguat 0,21% di pasar spot.
Meski sempat memangkas pelemahan hingga stagnan, tetapi rupiah kemungkinan besar masih akan mampu mempertahankan keunggulan dan mencetak hat-trick alias penguatan dalam 3 hari beruntun, walaupun belum akan melewati level terkuat hari ini.
Hal tersebut ternindikasi dari pergerakannya di pasar non-deliverable forward (NDF) yang lebih lemah siang ini ketimbang beberapa saat sebelum pembukaan perdagangan pagi tadi.
NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.
Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot.
Dolar AS yang sedang tertekan akibat rilis data tenaga kerja yang menunjukkan rata-rata upah per jam turun 0,1% di bulan Maret membuat rupiah mampu menguat.
Upah merupakan faktor penting yang bisa menentukan tingkat inflasi, ketika rata-rata upah menurun, maka konsumen akan kemungkinan mengurangi belanja, dan tekanan inflasi menjadi berkurang.
Ketika tekanan inflasi berkurang, maka bank sentral AS (The Fed) akan mempertahankan kebijakan moneter ultra longgarnya. Hal tersebut membuat dolar AS tertekan, indeksnya merosot 0,46% pada hari Senin, dan kemarin juga turun 0,28%.
Penurunan indeks dolar AS dalam 2 hari beruntun tersebut membuat rupiah menguat pada hari ini.
Sementara itu sentimen pelaku pasar membaiknya setelah Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global membuat rupiah perkasa. Sebagai mata uang emerging market, saat sentimen pelaku pasar membaik rupiah akan cenderung diuntungkan.
Dalam konferensi pers di sela-sela Pertemuan Musim Semi (Spring Meeting), Kepala Ekonom IMF Gita Gopinath menyebut proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini adalah 6%. Naik dibandingkan perkiraan sebelumnya yaitu 5,5%. Jika Produk Domestik Bruto (PDB) dunia benar-benar tumbuh 6%, maka akan menjadi catatan terbaik sejak 1973.
“Meski ada ketidakpastian yang sangat besar karena pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19), tetapi jalan keluar dari krisis ini semakin terlihat nyata,” tegas Gopinath, sebagaimana diwartakan Reuters.
Sumber CNBC Indonesia