Nilai tukar rupiah berpotensi untuk menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Posisi rupiah saat ini di kisaran Rp 14.500 per dolar AS masih di bawah garis fundamental.
“Room untuk penguatan rupiah secara fundamental sangat terbuka karenanya kami meyakini rupiah masih undervalued,” ungkap Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI), Hariyadi Ramelan kepada CNBC Indonesia, Jumat (9/4/2021).
Asumsi tersebut didorong oleh pemulihan ekonomi yang terus berlangsung. Seperti inflasi terjaga di level yang rendah, defisit transaksi berjalan diperkirakan pada kisaran 1-2% terhadap PDB dan cadangan devisa yang lebih dari cukup.
“Ini semua juga didukung oleh masuknya inflows portfolio asing secara bertahap serta kehadiran bank sentral untuk mengawal setiap saat di pasar,” ujarnya.
Sayangnya pergerakan nilai tukar beberapa waktu terakhir dipengaruhi oleh sentimen dari luar negeri, khususnya Amerika Serikat (AS) dan China. Sementara di dalam negeri dipengaruhi oleh perkembangan isu Rancangan Undang-undang (RUU) BI yang dibahas di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pada tahun ini.
“Dinamika di pasar juga bisa terjadi dalam bentuk technical sentiment yang sensitif untuk investor asing karena berkembang isu-isu lain seperti soal RUU BI yang terjadi. Namun sekali lagi fundamental kita sangat kuat dibanding peer countries,” paparnya.
Sumber CNBC Indonesia