Rupiah masih berpotensi terkoreksi pada perdagangan Kamis (15/4/2021) dalam rentang Rp14.590 – Rp14.635 per dolar AS.
Nilai tukar rupiah ditutup rebound pada akhir perdagangan hari ini, Pada Rabu (14/4/2021), rupiah ditutup menguat tipis 0,02 persen atau 2,5 poin ke level Rp14.602 per dolar AS. Sejak awal tahun, rupiah terdepresiasi 3,94 persen. Di sepanjang hari perdagangan, mata uang garuda bergerak pada rentang Rp14.602 – Rp14.620.
Sejumlah mata uang lainnya di kawasan Asia Pasifik juga terpantau menguat hari ini. Won Korea Selatan memimpin penguatan sebesar 0,84 persen diikuti oleh baht Thailand yang naik 0,41 persen.
Pada saat bersamaan, indeks dolar AS yang melacak pergerakan greenback terhadap mata uang utama lainnya terpantau melemah 0,17 persen menjadi 91.690.
“Rupiah masih berpotensi terkoreksi pada perdagangan Kamis (15/4/2021) dalam rentang Rp14.590-Rp14.635 per dolar AS,” papar Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam publikasi riset.
Ibrahim menjelaskan dolar AS terkoreksi setelah rilis indeks harga konsumen (IHK) di AS tidak memicu kekhawatiran mengenai kenaikan inflasi dan pengetatan bank sentral walau naik lebih tinggi dari perkiraan.
Adapun, indeks harga konsumen inti (Core Consumer Price Index/CPI) AS dirilis naik 0,3 persen secara bulanan (MoM) pada Maret. Sementara, IHK di AS tumbuh 0,6 persen MoM. IHK yang merupakan parameter inflasi itu tumbuh dalam laju tertinggi dalam periode delapan setengah bulan terakhir.
“Pejabat Bank Sentral AS mengatakan ekonomi AS dapat berkembang sebesar 5 persen hingga 6 persen pada 2021 didorong oleh program vaksinasi dan bantuan fiskal yang solid. Tetapi Federal Reserve belum akan menarik dananya [dari pasar],” tulis Ibrahim dalam riset harian, Rabu (14/4/2021).
Sementara itu, pelaku pasar juga akan mencermati rilis data perdagangan di China yang mencakup data ekspor, impor, dan neraca perdagangan.
Dari dalam negeri, peningkatan zona merah keterpaparan Covid-19 menjadi 11 zona juga tak luput dari perhatian investor.
“Selain upaya yang dilakukan pemerintah, menurutnya perkembangan penanganan Covid-19 di Indonesia bergantung juga pada perilaku masyarakat dalam menerapkan perubahan perilaku,” kata Ibrahim.
Sumber Bisnis.com