Nilai tukar rupiah melesat tajam melawan dolar Amerika Serikat (AS) di awal perdagangan Senin (10/5/2021). Namun, semakin siang Mata Uang Garuda justru semakin mengendur.
Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan melesat 1,12% ke Rp 14.120/US$. Level tersebut merupakan yang terkuat sejak 26 Februari lalu. Setelahnya rupiah terus memangkas pelemahan hingga tersisa 0,53% di Rp 14.205/US$ pada pukul 12:00 WIB.
Di sisa perdagangan hari ini rupiah masih akan mampu mempertahankan penguatan, meski belum akan melewati level terkuat hari ini. Hal tersebut terindikasi dari pergerakannya di pasar non-deliverable forward (NDF) yang lebih lemah siang ini ketimbang beberapa saat sebelum pembukaan perdagangan pagi tadi.
NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Sebelumnya pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.
Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot. Padahal NDF sebelumnya murni dimainkan oleh investor asing, yang mungkin kurang mendalami kondisi fundamental perekonomian Indonesia.
Rupiah memang sedang bertenaga, pada pekan lalu sukses menguat lebih dari 1% dan membukukan penguatan 3 pekan beruntun. Capital inflow yang kembali terjadi di pasar obligasi menjadi pemicu penguatan rupiah.
Kabar baik juga datang hari ini dari Bank Indonesia (BI). Setelah setahun ‘tiarap’, akhirnya konsumen Indonesia kembali percaya diri dalam memandang perekonomian.
Hal ini tercermin dalam Survei Konsumen edisi April 2021 di mana Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) berada di 101,5. Naik dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 93,4.
IKK menggunakan angka 100 sebagai titik mula. Kalau sudah di atas 100, maka artinya berada di zona optimistis, konsumen pede dalam memandang prospek perekonomian saat ini hingga enam bulan ke depan.
IKK adalah salah satu indikator mula (leading indicator) yang berguna untuk ‘menerawang’ arah perekonomian ke depan. Jadi saat IKK positif, maka kemungkinan prospek ekonomi ke depan bakal cerah.
“IKK April 2021 merupakan angka optimistis pertama sejak April 2020. Keyakinan konsumen terpantau membaik pada seluruh kategori tingkat pengeluaran responden, tingkat pendidikan, dan kelompok usia responden. Secara spasial, keyakinan konsumen membaik di seluruh kota yang disurvei (18 kota), tertinggi di kota Padang, diikuti oleh Bandung dan Pangkal Pinang,” sebut keterangan tertulis BI, Senin (10/5/2021).
Sumber CNBC Indonesia