Notulensi FOMC tersebut mendorong risk averse sentiment di pasar keuangan regional Asia dan mendorong permintaan safe haven asset.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Jumat (21/05/2021) diprediksi masih dibayangi oleh efek kebijakan bank sentral AS, The Fed terkait rencana pengurangan pembelian obligasi.
Berdasarkan data Bloomberg, setelah dibuka melemah di level 13.310, mata uang Garuda terus tertekan hingga akhirnya ditutup di level Rp14.375, terkoreksi 85 poin atau 0,59 persen pada penutupan Kamis (20/5/2021).
VP Economist Bank Permata Josua Pardede mengatakan nilai tukar rupiah diperdagangkan melemah pada Kamis sejalan dengan penguatan dolar AS serta kenaikan yield US treasury pada sesi perdagangan kemarin.
Penguatan di pasar AS dipengaruhi oleh notulensi rapat rutin The Fed, The Federal Open Market Committee, yang menunjukkan beberapa pembuat kebijakan membuka kemungkinan untuk membahas pengurangan pembelian obligasi pada pertemuan mendatang.
“Notulensi FOMC tersebut mendorong risk averse sentiment di pasar keuangan regional Asia dan mendorong permintaan safe haven asset,” kata Josua.
Hal senada diutarakan Direktur TFRX Berjangka Ibrahim Assuaibi yang mengatakan investor terkejut dengan risalah The Fed mengenai pengurangan laju pembelian obligasi jika pemulihan ekonomi terus mendapatkan momentumnya.”Hal ini membuat posisi dolar melambung dari posisi terendah tiga bulan terhadap semua mata uang pada Kamis,” jelas dia.
Selain itu, indeks harga konsumen Inggris yang dirilis pada Rabu tumbuh 1,5 persen dari tahun ke tahun lebih baik dari perkiraan bulan April 2021.
Dari dalam negeri, pemerintah saat ini sedang membutuhkan dana yang cukup besar sehingga melakukan pengampunan pajak atau strategi tax amnesty jilid II sebagai salah satu strateginya.
Sumber Bisnis.com