Tekanan bagi rupiah datang dari luar dan dalam negeri pada perdagangan Senin (14/7/2021). Meski demikian, Mata Uang Garuda masih mampu bertahan di bawah Rp 14.500/US$, bahkan tidak menutup kemungkinan berbalik menguat di sisa perdagangan hari ini.
Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan melemah 0,06% di Rp 14.470/US$. Depresiasi rupiah berlanjut hanya sampai Rp 14.495/US$ atau 0,23%, setelahnya rupiah sukses memangkas pelemahan.
Pada pukul 12:00 WIB, rupiah berada di Rp 14.491/US$, atau melemah 0,2%.
Tanda-tanda rupiah bisa berbalik menguat terlihat dari pergerakannya di pasar non-deliverable forward (NDF) yang lebih kuat siang ini ketimbang beberapa saat sebelum pembukaan perdagangan pagi tadi.
NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Sebelumnya pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.
Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot.
Tekanan bagi rupiah datang dari luar negeri, di mana dolar AS kembali perkasa setelah rilis data inflasi.
Indeks dolar AS kemarin melesat 0,53%, dan pagi ini berlanjut naik 0,06% ke 92,804.
Inflasi yang dilihat berdasarkan Consumer Price Index (CPI) melesat 5,4% di bulan Juni dari periode yang sama tahun lalu (year-on-year/YoY). Kenaikan tersebut merupakan yang tertinggi sejak Agustus 2008, dan lebih tinggi dari perkiraan para ekonom yang disurvei Dow Jones yang memperkirakan pertumbuhan 5%.
Sementara itu inflasi inti, yang tidak memasukkan sektor makanan dan energi dalam perhitungan tumbuh 4,5%, jauh di atas prediksi 3,8% dan tertinggi sejak September 1991.
Tingginya inflasi tersebut membuat spekulasi tapering di tahun ini kembali menguat, dolar AS pun perkasa.
Tidak hanya dari luar negeri, tekanan bagi rupiah juga datang dari dalam negeri. Kemarin, penambahan kasus penyakit akibat virus corona (Covid-19) kembali mencatat rekor 47.899 orang.
Dengan demikian, Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro Darurat yang seharusnya berakhir 20 Juli mendatang kemungkinan besar akan diperpanjang.
Kemungkinan diperpanjangnya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro Darurat menjadi pemicu merosotnya IHSG. Kemungkinan perpanjangan tersebut tersirat dari pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.
“PPKM Darurat selama 4-6 minggu dijalankan untuk menahan penyebaran kasus. Mobilitas masyarakat diharapkan menurun signifikan,” tulis bahan paparan Sri Mulyani saat rapat bersama Banggar DPR, Senin (12/7/2021).
Sumber CNBC Indonesia