Nilai tukar rupiah melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) hingga pertengahan perdagangan Kamis (15/7/2021).
Pelaku pasar kini menanti kemungkinan diperpanjangnya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro Darurat, yang berisiko menghambat laju pemulihan ekonomi yang pada akhirnya menekan rupiah.
Melansir data Refinitiv, rupiah sebenarnya membuka perdagangan dengan menguat 0,1% ke Rp 14.460/US$, sayangnya level tersebut menjadi yang terkuat hari ini. Rupiah setelahnya masuk ke zona merah, melemah hingga 0,24% ke Rp 14.510/US$.
Rupiah berhasil memangkas pelemahan, berada di Rp 14.495/US$ atau melemah 0,14% di pasar spot, melansir data Refintiv.
Di sisa perdagangan hari ini, rupiah berpeluang memangkas pelemahan, melihat pergerakannya di pasar non-deliverable forward (NDF) yang tidak jauh berbeda siang ini dibandingkan beberapa saat sebelum pembukaan perdagangan.
NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Sebelumnya pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.
Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot.
PPKM Mikro Darurat kemungkinan besar diperpanjang, sebab rekor penambahan kasus penyakit virus corona (Covid-19) pecah lagi. Kemarin mencatat rekor 54.517 orang, melewati rekor hari sebelumnya 47.899 orang.
Kemungkinan perpanjangan tersebut tersirat dari pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.
“PPKM Darurat selama 4-6 minggu dijalankan untuk menahan penyebaran kasus. Mobilitas masyarakat diharapkan menurun signifikan,” tulis bahan paparan Sri Mulyani saat rapat bersama Banggar DPR, Senin (12/7/2021).
Sementara itu tekanan dari eksternal sudah mulai mereda setelah isu tapering di tahun ini kembali diredam oleh ketua The Fed Jerome Powell.
Powell berbicara dalam rangka Semi Annual Monetary Policy Report di hadapan House Financial Services Committee kemarin malam, dan mengatakan belum akan merubah kebijakan moneternya. Sementara itu inflasi tinggi di AS, yang kembali memunculkan spekulasi tapering di tahun ini, sekali lagi ditegaskan hanya bersifat sementara, dan ke depannya tekanan inflasi akan moderat.
Menurut Powell, tolak ukur The Fed yakni “kemajuan substansial” menuju pasar tenaga kerja penuh (full employment) dan stabilitas harga masih “jauh” dari kata tercapai. Tetapi ia juga mengakui para anggota The Fed sudah mulai membahas mengenai tapering.
“Kondisi pasar tenaga kerja terus membaik, tetapi masih jauh dari kata mencapai target. Pertumbuhan tenaga kerja seharusnya semakin kuat dalam beberapa bulan ke depan sebab kesehatan publik mengalami peningkatan, dan beberapa faktor yang terkait pandemi sudah mulai menghilang,” kata Powell sebagaimana dilansir CNBC International.
Sumber CNBC Indonesia