Rupiah mampu mempertahankan penguatan melawan dolar Amerika Serikat (AS) hingga pertengahan perdagangan Kamis (22/7/2021).
Membaiknya sentimen pelaku pasar membuat rupiah perkasa, selain itu ada Bank Indonesia (BI) yang akan mengumumkan kebijakan moneter nanti.
Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan menguat 0,34% ke Rp 14.490/US$, level tersebut menjadi yang terkuat pada hari ini. Setelahnya, rupiah memangkas pelemahan dan berada di Rp 14.505/US$, atau menguat 0,24% pada pukul 12:00 WIB.
Di sisa perdagangan hari ini, rupiah berpeluang masih akan mempertahankan penguatan terlihat dari pergerakannya di pasar non-deliverable forward (NDF).
NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Sebelumnya pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.
Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot.
Membaiknya sentimen pelaku pasar terlihat dari menguatnya bursa saham global sejak Rabu kemarin, dan berlanjut di pasar Asia pagi ini. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bahkan melesat lebih dari 1%.
Kala sentimen pelaku pasar membaik, maka aliran modal akan masuk ke negara emerging market yang memberikan imbal hasil tinggi seperti Indonesia. Alhasil, rupiah menjadi perkasa.
Selain itu, dolar AS yang menyandang status aset aman (safe haven) juga menjadi kurang menarik ketika sentimen pelaku pasar membaik.
Membaiknya sentimen pelaku juga ditambah kabar baik dari dalam negeri. Kemarin, penambahan kasus Covid-19 dilaporkan sebanyak 33.772 orang, turun dari hari sebelumnya 38.257 orang. Penambahan kasus kemarin juga merupakan yang terendah sejak 6 Juli, dan sudah cukup jauh di bawah rekor penambahan 56.757 yang dicatat pada Kamis pekan lalu.
Terus menurunya kasus Covid-19 memperbesar peluang dilonggarkannya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro Darurat atau yang saat ini disebut PPKM Level 3 dan 4, pada 26 Juli mendatang.
Sementara itu BI akan mengumumkan kebijakan moneter jelang penutupan perdagangan hari ini. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia menghasilkan proyeksi BI 7 Day Reverse Repo Rate tetap bertahan di 3,5%.
Dari 12 institusi yang berpartisipasi dalam pembentukan konsensus, semuanya sepakat bulat, aklamasi. Tidak ada dissenting opinion.
Kali terakhir BI menurunkan suku bunga acuan adalah pada Februari 2021. Selepas itu, suku bunga selalu ditahan dengan stabilitas nilai tukar rupiah menjadi alasan utama.
Sumber CNBC Indonesia