Rupiah gagal mempertahankan penguatan di pertengahan perdagangan Selasa (27/7/2021). Di sisa perdagangan hari ini, peluang rupiah kembali menguat juga masih “fifty-fifty“, sebab pelaku pasar memilih wait and see.
Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan menguat 0,21% ke Rp 14.450/US$. sayangnya, level tersebut menjadi yang terkuat hari ini, bahkan tidak lama rupiah sudah berbalik melemah.
Rupiah kemudian bergerak bolak balik menguat dan melemah meski tipis-tipis, dan pada pukul 12:00 WIB berada di Rp 14.485/US$, melemah 0,03%.
Melihat pergerakan di pasar non-deliverable forward (NDF), peluang rupiah untuk menguat sama besarnya dengan risiko pelemahan, sebab posisi di NDF lebih lemah siang ini ketimbang beberapa saat sebelum pembukaan pagi tadi.
NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Sebelumnya pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.
Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot.
Pelaku pasar lebih memilih wait and see, sebab Kamis dini hari nanti bank sentral AS (The Fed) akan mengumumkan kebijakan moneter. Pasca pengumuman tersebut, pergerakan besar kemungkinan terjadi, sebab kemungkinan akan ada gambaran yang lebih jelas kapan tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) akan dilakukan.
Sementara itu, rupiah sedang mendapat tenaga dari pelonggaran Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 4 sejak Senin kemarin. Apalagi, kasus penambahan kasus penyakit virus corona (Covid-19) menunjukkan penurunan yang cukup signifikan, sehingga ada peluang pekan depan PPKM level 4 kembali dilonggarkan.
Kemarin, penambahan kasus baru dilaporkan sebanyak 28.228 orang. Untuk pertama kalinya dalam 3 pekan terakhir penambahan kasus Covid-19 di bawah 30.000 orang sehari.
Sumber CNBC Indonesia