Membaiknya data tenaga kerja AS mendorong dolar AS yang dapat menekan mata uang rupiah.
Nilai tukar rupiah diprediksi melanjutkan pelemahan seiring dengan adanya potensi peningkatan permintaan dolar AS.
Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah ditutup terkoreksi 0,07 persen atau 10 poin menjadi Rp14.362,5 per dolar AS pada Senin (9/8/2021). Indeks dolar AS terpantau melemah 0,01 persen ke level 92,7910 pada pukul 15.41 WIB.
Data yang diterbitkan Bank Indonesia kemarin menempatkan kurs referensi Jisdor di level Rp14.378 per dolar AS, melemah 9 poin atau 0,06 persen dari posisi Jumat (6/8/2021) Rp14.369 per dolar AS.
Sebelumnya VP Economist Bank Permata Josua Pardede mengatakan, nilai tukar rupiah cenderung bergerak melemah terbatas pada Senin (9/8/2021). Hal ini terjadi seiring dengan proyeksi data non farm payroll (NFP) AS yang diproyeksi lebih tinggi dari perkiraan.
“Rupiah diperkirakan bergerak pada kisaran Rp14.300 – Rp14.400,” katanya saat dihubungi.
Josua memaparkan, kenaikan NFP diperkirakan kembali mendorong ekspektasi percepatan proses tapering dari The Fed. Hal ini berpotensi meningkatkan permintaan terhadap dolar AS.
Pada Jumat malam (6/8/2021), Departemen Tenaga Kerja AS merilis untuk periode Juli 2021 data NFP naik menjadi 943.000 pekerja dari sebelumnya 938.000 pekerja.
Tingkat pengangguran juga turun menjadi 5,4 persen dari bulan sebelumnya 5,9 persen. Upah per jam mencapai 0,4 persen, sama seperti bulan sebelumnya.
Penguatan dolar AS juga ditopang oleh rilis data inflasi AS pada pertengahan minggu depan. Meski demikian, bila indikator AS lebih buruk dibandingkan ekspektasi, maka pergerakan dolar akan cenderung berbalik arah.
Sumber Bisnis.com