Dalam pembacaan nota keuangan 2022, tentunya pelaku pasar akan menilai seberapa optimistis pemerintah dalam hal asumsi makro ekonomi dan program pemerintah secara umum pada tahun depan.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diprediksi mampu menguat terbatas pada perdangan hari ini, seiring pelaku pasar yang akan mencermati pembacaan nota keuangan 2022 oleh Presiden Joko Widodo dalam rangka Hari Ulang Tahun (HUT) ke-76 RI.
Chief Economist Bank Permata Joshua Pardede mengatakan, dalam pembacaan nota keuangan 2022, tentunya pelaku pasar akan menilai seberapa optimistis pemerintah dalam hal asumsi makro ekonomi dan program pemerintah secara umum pada tahun depan.
“Selain itu tentunya, seperti apa keberlanjutan dari penanganan Covid-19 dan fokus pemerintah pada reformasi struktural,” jelas dia kepada Bisnis, Senin (16/8/2021).
Pemerintah RI, lanjut Joshua, juga dipastikan akan mempertimbangkan risiko global atas kebijakan para bank sentral global dalam menormalisasi kebijakan moneter. Pihaknya memprediksi mata uang Garuda punya peluang menguat terbatas hari ini dalam kisaran Rp14.300-Rp14.425 per dolar AS.
Adapun, sejumlah data yang dirilis di AS pekan lalu menunjukkan perbaikan meskipun masih mengalami hambatan. Semisal, laporan mingguan pada Kamis (12/8/2021) tentang klaim pengangguran baru menunjukkan penurunan mingguan ketiga berturut-turut dalam pengajuan baru, meskipun pada level yang masih tinggi dibandingkan dengan tren 2019.
Dalam sementara laporan inflasi harga konsumen AS pada Rabu (11/8/2021) sejalan dengan perkiraan, angka harga produsen pada hari Kamis (12/8/2021) melebihi perkiraan. Kenaikan 7,8 persen dalam indeks harga produsen secara tahunan adalah rekor tertinggi, dalam data Departemen Tenaga Kerja selama lebih dari satu dekade.
“Saya pikir angka inflasi saat ini yang kita lihat sebagian besar mencerminkan hal-hal sementara, dan mereka akan tenang dengan sendirinya. Tapi saya pikir begitu efek khusus pandemi itu berlalu, akan ada inflasi. itu di atas zona nyaman Fed,” kata Tom Graff, kepala pendapatan tetap Penasihat Brown, mengutip Yahoo Finance.
Graff menambahkan, pihaknya memprediksi bank sentral AS akan mulai mengurangi quantitative easing pada kuartal IV tahun ini dan mungkin akan berakhir pada akhir 2022 atau awal 2023.
“Dan kemudian pertanyaannya menjadi, berapa banyak kenaikan yang diperlukan? Seberapa tinggi tingkat suku bunga yang dibutuhkan untuk mengendalikan inflasi,” katanya.
Sumber Bisnis.com