Nilai tukar rupiah berhasil menguat 0,14% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.390/US$ Selasa kemarin, melanjutkan kinerja positif di awal pekan.
Pelaku pasar yang mulai ragu tapering akan dilakukan di tahun ini memuat indeks dolar AS berbalik menurun yang membuka peluang rupiah mencetak hat-trick alias penguatan 3 hari bertuntun pada perdagangan Rabu (25/8/2021).
Di hari Senin, indeks dolar AS merosot 0,6% dan berlanjut turun tipis 0,07% kemarin.
Selain itu, Bank Indonesia (BI) yang sekali lagi menunjukkan sikap ahead the curve memberikan optimisme jika nilai tukar rupiah akan stabil ke depannya.
Ahead the curve, merupakan jargon yang sering kali disebutkan Gubernur BI Perry Warjiyo pada tahun 2018 lalu.
“Kebijakan suku bunga acuan akan ditempuh pre-emptif dan ahead the curve untuk stabilisasi nilai tukar di samping konsisten jaga inflasi agar terkendali,’ papar Perry saat menaikkan suku bunga pada Mei 2018.
Jargon ahead the curve yang dimaksud Perry mengacu kepada sikap hawkish yang diterapkannya dalam merespons normalisasi tingkat suku bunga acuan yang dilakukan The Fed.
Sikap tersebut kembali ditunjukkan Perry kemarin yang membuka peluang kenaikan suku bunga di akhir 2022.
“Sudah ada rencana exit policy dari BI dengan mengurangi likuiditas sedikit-sedikit. Baru kemungkinan akhir 2022 masalah suku bunga. Tentu saja ada data yang harus kita lihat,” ungkap Perry Warjiyo, Gubernur BI, dalam konferensi pers secara virtual, Selasa (24/8/2021).
Dengan proyeksi tersebut, artinya BI akan lebih dulu menaikkan suku bunga ketimbang The Fed. Sebab, The Fed baru akan menaikkan suku bunga pada tahun 2023.
Secara teknikal, rupiah kini berada di bawah atas rerata pergerakan 50 hari (moving average 50/MA 50), dan MA 100 di kisaran Rp 14.400/US$. Selama tertahan di bawahnya, rupiah berpeluang menguat ke Rp 14.370/US$. Penembusan di bawah level tersebut akan membawa rupiah ke Rp 14.350 hingga Rp 14.335/US$.
Indikator stochastic kini bergerak naik, setelah sebelumnya sempat mendekati wilayah jenuh jual (oversold)
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Jika kembali ke atas MA 100, rupiah berisiko kembali melemah ke Rp 14.430/US$, sebelum menuju Rp 14.450 hingga 14.460/US$.
Sumber CNBC Indonesia