Setelah “tersandung” pada perdagangan Rabu kemarin, rupiah akhirnya kembali berlari pada perdagangan Kamis (2/9/2021). Rilis data tenaga kerja Amerika Serikat (AS) versi Automatic Data Processing Inc. (ADP) membuat dolar AS terpuruk lagi, rupiah pun mendekati Rp 14.200/US$ lagi.
Melansir data dari Refinitiv, begitu perdagangan dibuka rupiah langsung menguat 0,21% ke Rp 14.250/US$. Setelahnya, penguatan rupiah sedikit terpangkas menjadi 0,14% ke Rp 14.260/US$ pada pukul 9:10 WIB.
Indeks dolar AS kemarin kembali merosot 0,2% setelah rilis data dari ADP yang mengecewakan. ADP kemarin malam melaporkan sepanjang bulan Agustus perekonomian AS menyerap tenaga kerja di luar sektor pertanian dan pemerintahan sebanyak 374.000 tenaga kerja, jauh lebih rendah dari prediksi di Forex Factory sebanyak 640.000 tenaga kerja.
Data dari ADP bisanya dijadikan gambaran data tenaga kerja versi pemerintah yang akan dirilis Jumat besok. Data tenaga kerja tersebut merupakan acuan bank sentral AS (The Fed) dalam memutuskan tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE).
Alhasil buruknya data ADP memperkuat ekspektasi The Fed baru akan melakukan tapering di akhir tahun ini dan tidak menutup kemungkinan di awal tahun depan. Dolar AS pun terpuruk lagi.
“Tentu saja pemulihan ekonomi tidak merata, tetapi jika data tenaga kerja juga mengecewakan, itu akan menutup peluang tapering dilakukan lebih cepat, dan dolar AS masih akan tertekan,” kata Joe Manimbo, analis pasar di Western Union Business Solutions di Washington DC, sebagaimana dilansir CNBC International, Rabu (1/9/2021).
Sementara itu, Rodrigo Catril, ahli strategi mata uang di National Australia Bank (NAB) mengatakan data ADP akan menunjukkan data tenaga kerja versi pemerintah akan lebih rendah dari prediksi dan menguatkan ekspektasi tapering bisa mundur lagi.
“Kabar buruk di pasar tenaga kerja menjadi kabar baik bagi aset berisiko melihat QE masih akan dilakukan sedikit lebih lama,” kata Catril sebagaimana dilansir Reuters.
Hasil survei Reuters menunjukkan data non-farm payrolls (NFP) atau penyerapan tenaga kerja di luar sektor pertanian, yang diperkirakan sebanyak 750.000 orang di bulan Agustus. Kemudian tingkat pengangguran diprediksi turun menjadi 5,2% dari sebelumnya 5,4%. Selain itu ada juga rata-rata upah per jam.
“Melihat pergerakan dolar AS, pelaku pasar kini melihat NFP kemungkinan di bawah ekspektasi, di kisaran 550.000 hingga 600.000,” kata Chris Weston, kepala riset di Papperstone, perusahaan pialang di Melbourne yang dikutip Reuters.
Sumber CNBC Indonesia