Rupiah menguat tajam melawan dolar Amerika Serikat (AS) hingga pertengahan perdagangan Senin (8/11). Penguatan tersebut menjadi sinyal rupiah sudah lepas dari bayang-bayang tapering bank sentral AS (The Fed).
Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan menguat 0,17% ke Rp 14.300/US$. Sempat memangkas penguatan ke Rp 14.315/US$, rupiah kemudian melesat 0,52% ke Rp 14.250/US$.
Penguatan rupiah sedikit terpangkas, berada di Rp 14.265/US$ atau menguat 0,42% pada pukul 12:00 WIB di pasar spot.
The Fed pada Kamis (4/11) dini hari waktu Indonesia mengumumkan akan melakukan tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) mulai bulan ini. Nilainya sebesar US$ 15 miliar setiap bulannya. Jika dilihat nilai QE saat ini sebesar US$ 120 miliar, maka perlu waktu 8 bulan hingga menjadi nol atau QE berhenti.
Tidak seperti tahun 2013 yang membuat pasar bergejolak (taper tantrum), tapering The Fed kali ini justru disambut positif pelaku pasar. Bursa saham AS (Wall Street) bahkan terus mencetak rekor tertinggi, menjadi indikasi sentimen pelaku pasar cukup bagus.
Artinya, The Fed kali ini sukses meredam terjadinya taper tantrum, rupiah melemah tetapi dalam batas wajar. Bahkan sejak Jumat lalu mulai bisa menguat lagi.
Selain itu, rupiah memang punya modal untuk menguat, sebab pelaku pasar masih bullish terhadap rupiah. Hal itu terlihat dari survei 2 mingguan Reuters.
Survei tersebut menggunakan skala -3 sampai 3, angka negatif berarti pelaku pasar mengambil posisi beli (long) mata uang Asia dan jual (short) dolar AS. Semakin mendekati -3 artinya posisi long yang diambil semakin besar.
Sementara angka positif berarti short mata uang Asia dan long dolar AS, dan semakin mendekati angka 3, semakin besar posisi short mata uang Asia.
Survei terbaru yang dirilis hari ini, Kamis (4/11/2021) menunjukkan angka untuk rupiah di -0,41, turun tajam dari 2 pekan lalu -1,12. Rupiah kala itu menjadi mata uang dengan posisi long paling besar dibandingkan 9 mata uang Asia lainnya. Meski menurun tajam, tetapi angkanya masih negatif, artinya pelaku pasar masih melihat peluang penguatan rupiah.
Di sisa perdagangan hari ini rupiah berpeluang mempertahankan penguatannya melihat pergerakannya di pasar non-deliverable forward (NDF) yang tidak jauh berbeda siang ini ketimbang beberapa saat sebelum pembukaan perdagangan pagi tadi.
NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Sebelumnya pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.
Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot.
Sumber CNBC Indonesia