Setelah melesat 0,5% pada perdagangan awal pekan kemarin, rupiah kembali ngegas pada hari ini, Selasa (9/11). Rupiah nyaris menembus Rp 14.200/US$ pagi ini.
Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan menguat 0,25% di Rp 14.220/US$. Sempat terpangkas ke Rp 14.230/US$, tetapi rupiah kembali ke posisi pembukaan perdagangan pada pukul 9:26 WIB.
Bipan Rai, analis mata uang di CIBC Capital Market mengatakan pasar saat ini masih menginterpretasikan arah kebijakan The Fed setelah pengumuman kebijakan moneter dan rilis data tenaga kerja pada pekan lalu.
“Pasar masih mencerna informasi yang didapat pekan lalu, baik dari penyataan The Fed maupun dari rilis data tenaga kerja di hari Jumat,” kata Rai, sebagaimana dilansir CNBC International, Senin (8/11).
Selain itu, Rai juga melihat pernyataan wakil ketua The Fed, Richard Clarida Senin kemarin yang menyatakan jika suku bunga jelas bisa dinaikkan tahun depan jika pasar tenaga kerja sudah pulih dan kembali ke level sebelum pandemi.
“Cara berfikir Clarida sama dengan yang kita dengar dari ketua The Fed (Jerome Powell) pekan lalu, begitu juga yang melihat risiko kecil inflasi tetap tinggi di tahun depan,” kata Rai.
Artinya, pasar tenaga kerja akan menjadi kunci apakah The Fed akan menaikkan suku bunga di tahun depan atau tidak. Alhasil, dolar AS berbalik merosot 0,3% ke 94,049.
Sentimen bagi dolar AS kian negatif setelah Commodity Futures Trading Commission melaporkan pelaku pasar justru mengurangi posisi beli (long) dolar AS di pekan yang berakhir 2 November. Padahal pasar sudah yakin tapering akan diumumkan.
Sementara itu, sentimen pelaku pasar yang masih bagus juga mendukung penguatan rupiah. Hal ini tercermin dari menghijaunya bursa saham pagi ini, yang dimulai dari bursa saham AS (Wall Street) awal pekan kemarin.
Ketiga indeks utama di Wall Street mampu mencetak rekor tertinggi sepanjang masa, setelah House of Representative (DPR) menyetujui anggaran infrastruktur sebesar US$ 1 triliun.
Senat AS pada bulan Agustus lalu sudah menyetujui anggaran tersebut, sehingga kini akan diserahkan ke Presiden Joe Biden untuk ditandatangani. Sentimen pelaku pasar semakin membaik merespon hal tersebut, yang berdampak positif bagi rupiah.
Sumber CNBC Indonesia