Rupiah menguat cukup tajam melawan dolar Amerika Serikat (AS) di awal perdagangan Jumat (19/11). Kabar baik yang datang dari luar dan dalam negeri, membuat rupiah kini menuju penguatan 2 pekan beruntun.
Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan menguat 0,18% ke Rp 14.200/US$. Penguatan rupiah terpangkas dan berada di Rp 14.210/US$ pada pukul 9:07 WIB.
Indeks dolar AS yang kembali terkoreksi pada perdagangan Kamis kemarin menjadi kabar baik bagi rupiah hari ini. Indeks yang mengukur kekuatan dolar AS tersebut kemarin melemah 0,31% ke 95,533.
Indeks dolar AS tetap mengalami koreksi meski pasar tenaga kerja AS terus menunjukkan pemulihan.
Klaim tunjangan pengangguran mingguan per pekan lalu tercatat di angka 268.000 atau sedikit lebih tinggi dari ekspektasi ekonom dalam polling Dow Jones yang memperkirakan angka 260.000, dari posisi pekan sebelumnya 267.000 klaim.
Meski mengalami kenaikan, klaim tunjangan pengangguran tersebut sudah berada di dekat level sebelum pandemi. Artinya, pasar tenaga kerja AS terus menunjukkan pemulihan.
Selain itu pelaku pasar akan menanti rilis Neraca Pembayaran Indonesia (NPI). Transaksi berjalan (current account) akan menjadi perhatian pelaku pasar, sebab BI memperkirakan akan kembali surplus. Hal tersebut disebabkan neraca perdagangan yang terus mencetak hasil positif.
Hingga Oktober neraca perdagangan Indonesia sudah menctata surplus selama 18 bulan beruntun
Senin lalu Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan surplus neraca perdagangan Indonesia pada bulan Oktober sebesar US$ 5,74 miliar. Surplus tersebut menjadi rekor tertinggi sepanjang masa, melampaui rekor sebelumnya US$ 4,74 miliar yang tercatat pada Agustus lalu.
Transaksi berjalan menjadi faktor yang begitu krusial dalam mendikte laju rupiah lantaran arus devisa yang mengalir dari pos ini cenderung lebih stabil.
“Transaksi berjalan triwulan III-2021 diperkirakan surplus didorong oleh surplus neraca perdagangan yang meningkat menjadi US$ 13,2 miliar, tertinggi sejak triwulan IV-2009.
Kinerja tersebut didukung ekspor komoditas utama seperti CPO, kimia organik, dan biji logam dan bahan baku seiring perbaikan ekonomi domestik,” ungkap Perry Warjiyo, Gubernur Bank Indonesia (BI), usai Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode Oktober 2021, Selasa (19/10/2021).
Transaksi berjalan yang surplus bisa berdampak positif ke rupiah.
Sumber CNBC Indonesia