Rupiah berisiko kembali melemah ke Rp14.550, dengan level support Rp14.350.
Mata uang rupiah diprediksi cenderung melemah pada perdagangan Senin (6/12/2021), melanjutkan penurunan 4 sesi beruntun pada pekan lalu. Bahkan, rupiah bisa terperosok ke level Rp14.500-an.
Rupiah ditutup melemah 22 poin atau 0,15 persen ke level Rp14.419 di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan Jumat (3/12/2021). Dengan penutupan ini, rupiah tercatat telah ditutup melemah selama 4 hari berturut-turut.
Analis Pasar Uang Ariston Tjendra menjelaskan isu percepatan tapering oleh bank sentral AS, The Federal Reserve, akan memicu kenaikan suku bunga acuan AS yang lebih cepat, menjadi sentimen utama pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Isu lainnya yang juga menurutnya mendorong pelemahan rupiah adalah kekhawatiran pasar terhadap penyebaran varian baru Covid-19 Omicron yang bisa memicu gelombang pandemi baru.
“Dari dalam negeri, kisruh UU Cipta Kerja kemungkinan memberikan sentimen negatif ke rupiah,” ucapnya saat dihubungi Jumat (3/12/2021).
Selain itu, kata dia, pasar memantau acara rilis data tenaga kerja AS versi pemerintah. Apabila data menunjukkan hasil yang lebih bagus dari prediksi, maka menurut Ariston, dolar AS bisa kembali menguat dan rupiah bisa tertekan.
Data Average Hourly Earnings periode November 2021 sebesar 0,3 persen lebih rendah dari ekspektasi 0,4 persen. Data Non-Farm Employment Change 210.000, lebih rendah dari ekspektasi 553.000. Adapun, Unemployment Rate 4,2 persen lebih rendah dari ekspektasi 4,5 persen.
Ariston menyampaikan rupiah berpotensi kembali melemah ke Rp14.550, dengan level support Rp14.350.
“Potensi pelemahan rupiah ke Rp14.550 masih terbuka. Sementara support di kisaran Rp14.350 pekan ini,” kata Ariston,
Sumber Bisnis.com