Rupiah dibayangi sentimen hawkish The Fed dan hasil RDG Bank Indonesia.
Mata uang rupiah dipengaruhi sentimen pernyataan hawkish Federal Reserve dan pernyataan kebijakan suku bunga dari Bank Indonesia.
Rupiah ditutup turun 0,07 persen menjadi Rp14.334 per dolar AS pada Rabu (15/12/2021). Mata uang Garuda terdepresiasi bersamaan dengan sejumlah mata uang di Asia Pasifik seperti rupee India yang rutun 0,24 persen dan won Korea Selatan turun 0,26 persen.
Sementara itu, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang utama dunia juga melemah 0,14 persen menjadi 96,430. Namun, dolar AS naik 0,2 persen menjadi 96,737 setelah pernyataan Fed.
Mengutip Antara, Federal Reserve AS menyatakan akan mengakhiri pembelian obligasi era pandemi pada Maret dan membuka jalan bagi kenaikan suku bunga tiga perempat poin persentase pada 2022.
Para pejabat Fed juga memperkirakan inflasi akan mencapai 2,6 persen tahun depan, dibandingkan dengan 2,2 persen yang diproyeksikan pada bulan September.
“Pagi ini, pernyataan hawkish The Fed memicu aksi ambil untung di dolar AS dan menopang aset-aset berisiko,” papar Monex dalam laporannya.
Dolar AS telah didukung oleh ekspektasi bahwa suku bunga AS akan naik lebih cepat daripada di negara lain. The Fed bergerak lebih cepat ketimbang Bank Sentral Eropa (ECB), misalnya, untuk menarik kembali dukungan moneter bagi perekonomian dalam menghadapi pandemi virus corona yang berkembang.
ECB dan bank sentral Inggris (BoE) akan mengadakan pertemuan kebijakan mereka pada hari Kamis waktu setempat.
Dari dalam negeri, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia yang berakhir hari ini akan memberikan kepastian kebijakan ke depan, terutama mengantisipasi hawkish The Fed.
Sumber Bisnis.com