Hari ini rupiah diprediksi dibuka berfluktuatif dan berpotensi ditutup menguat tipis pada rentang Rp14.330 – Rp14.390 per dolar AS.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berpotensi melanjutkan penguatan pada perdagangan awal pekan ini, Senin (20/11/2021).
Berdasarkan data Bloomberg, mata uang Garuda ditutup terapresiasi 0,05 persen menjadi Rp14.355 per dolar AS pada akhir pekan lalu (17/12/2021).
Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi memperkirakan hari ini rupiah akan dibuka berfluktuatif dan berpotensi ditutup menguat tipis pada rentang Rp14.330 – Rp14.390 per dolar AS.
“Pelaku pasar optimis virus Omicron yang terdeteksi di Indonesia bisa ditanggulangi secepatnya oleh pemerintah. Presiden Joko Widodo meminta masyarakat agar waspada tapi perkembangan Omicron ini jangan membuat kita panik,” tulis Ibrahim dalam riset harian, dikutip Minggu (19/12/2021).
Adapun, Kementerian Kesehatan RI mendeteksi seorang pasien dengan inisial N terkonfirmasi virus Omicron pada 15 Desember 2021. Selain itu, Kemenkes RI juga mendeteksi 5 kasus yang kemungkinan juga terkena Omicron dari Warga Negara Indonesia (WNI) yang baru kembali dari luar negeri.
Sementara itu, lanjut Ibrahim, pemerintah memutuskan tidak mengetatkan pembatasan sosial pada akhir tahun ini pun membuka peluang untuk stabilitas konsumsi masyarakat dan mobilitas orang di luar ruang.
“Bank Indonesia (BI) optimistis bahwa ekonomi kuartal IV/2021 diperkirakan tumbuh di atas 4,5 persen,” kata Ibrahim.
Sementara itu, dolar AS terpantau melemah walau masih berada di level tertingginya karena tertekan ekspektasi investor mengenai kenaikan suku bunga dari bank sentral Inggris (BoE) dan bank sentral Eropa (ECB).
Adapun, bank sentral utama dunia telah mengadopsi kebijakan yang berbeda karena ketidakpastian dampak varian Omicron Covid-19 pada pemulihan ekonomi. Perdebatan tentang sejauh mana bank sentral harus bertindak untuk mengekang inflasi yang tinggi juga terus berlanjut.
Mengutip Bloomberg, Senin (20/12/2021), pelaku pasar saat ini bergulat dengan berbagai ketidakpastian saat menuju periode liburan.
“Omicron tetap menjadi perhatian dan kasus terus meningkat. Investor harus bersiap menghadapi Covid untuk terus menjadi faktor utama dalam kinerja pasar menuju 2022,” kata Robert Schein, kepala investasi di Blanke Schein Wealth Management.
Sumber Bisnis.com