Nilai tukar rupiah menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (16/3/2021). Yield obligasi (Treasury) AS yang menurun sejak kemarin memberikan peluang rupiah untuk bangkit hari ini.
Melansir data Refinitiv, rupiah langsung menguat 0,1% begitu perdagangan dibuka. Tetapi sayangnya penguatan tersebut kemudian terpangkas hingga tersisa 0,3% di Rp 14.390/US$.
Rupiah tertahan di level tersebut hingga pukul 12:00 WIB.
Di sisa perdagangan hari ini, peluang rupiah untuk mempertebal penguatan masih terbuka, melihat pergerakannya di pasar non-deliverable forward (NDF) yang lebih kuat siang ini ketimbang beberapa saat sebelum pembukaan perdagangan pagi tadi.
NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.
Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot.
Yield Treasury AS kini sudah menurun sejak awal pekan kemarin. Pada perdagangan Senin, yield Treasury tenor 10 tahun turun turun 2,8 basis poin, dan siang ini turun lagi 1,19 basis poin.
Pada pekan lalu, yield Treasury tersebut naik 8,1 basis poin ke 1,635%, level tersebut merupakan yang tertinggi sejak Februari 2020 lalu, sebelum virus corona dinyatakan sebagai pandemi, dan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) belum membabat habis suku bunganya menjadi 0.25%.
Kenaikan yield Treasury selain membuat dolar AS perkasa juga berisiko menaikkan biaya pinjaman, yang berisiko menghambat laju pemulihan ekonomi AS. Oleh karena itu, The Fed diperkirakan akan mengambil langkah guna meredam kenaikan yield Treasury.
The Fed akan mengumumkan kebijakannya pada Rabu waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia. Pelaku pasar menanti langkah apa yang akan diambil bank sentral paling powerful di dunia ini. Penantian tersebut membuat yield Treasury turun perlahan.
Sumber CNBC Indonesia