Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah di perdagangan pasar spot pagi ini. Apa boleh buat, sepertinya pelaku pasar sedang menjaga jarak dengan aset-aset berisiko, termasuk di Indonesia.
Pada Selasa (30/3/2021), US$ 1 setara dengan Rp 14.440 kala pembukaan perdagangan pasar spor. Sama persis dengan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya atau stagnan.
Namun beberapa menit kemudian rupiah melemah. Pada pukul 09:06 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.450 di mana rupiah melemah 0,07%.
Kemarin, rupiah menutup perdagangan pasar spot dengan depresiasi 0,21% di hadapan dolar AS. Mata uang Tanah Air berada di Rp 14.440/US$, posisi penutupan terlemah sejak November 2020.
Hari ini kemungkinan rupiah kembali finis di jalur merah. Pasalnya, minta investor terhadap aset berisiko sedang rendah. Ini terlihat di bursa saham New York.
Dini hari tadi waktu Indonesia, tiga indeks utama di Wall Street ditutup variatif cenderung melemah. S&P 500 terkoreksi 0,09%, Nasdaq Composite turun 0,6%, tetapi Dow Jones Industrial Average (DJIA) masih bisa naik 0,3%.
Investor di New York cemas saat beredar kabar bahwa Archegos Capital, hedge fund di AS, tidak bisa memenuhi kewajiban alias default dalam margin call. Dikhawatirkan situasi serupa akan melanda institusi lain.
Ini membuat harga saham perbankan anjlok. Harga saham Citi ambles 1,97%, Goldman Sachs terkoreksi 0,51%, JPMorgan minus 1,55%, Morgan Stanley rontok 2,63%, Bank of America terpangkas 0,96%, dan Well Fargo ambrol 3,32%.
“Belum ada kejelasan apakah bank-bank AS akan terdampak. Namun itu pertanyaan yang muncul saat ini. Pelaku pasar melihat berita tersebut secara serius,” kata Quincy Krosby, Chief Market Strategist di Prudential Financial yang berbasis di New Jersey (AS), sebagaimana diwartakan Reuters.
Sumber CNBC Indonesia