Nilai tukar rupiah berfluktuasi melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa kemarin, sebelum berakhir stagnan di Rp 14.225/US$. Perhatian tertuju pada perkembangan kasus virus corona varian Omicron yang kini sudah ditemukan transmisi lokal di Indonesia.
Dalam konferensi pers terbarunya yang disiarkan di Channel Youtube Kemenkes kemarin, Juru Bicara Pemerintah untuk Program Vaksinasi Covid-19. dr. Siti Nadia Tarmidzi mengungkapkan perkembangan terbaru kasus Covid-19 varian Omicron di Indonesia.
Sampai hari ini, terdapat 47 kasus Omicron di Indonesia. Artinya ada penambahan 1 kasus dari sebelumnya, dan kasus tersebut merupakan transmisi lokal.
“Hari Selasa, 47 kasus konfirmasi positif Omicron. 46 kasus impor dan 1 transmisi lokal,” kata Siti Nadia.
Meski demikian ada kabar baik lagi dari studi terhadap varian Omicron. Setelah sebelumnya disebut tidak lebih berbahaya dengan varian lainnya, kini Omicron dikatakan bisa memberikan kekebalan terhadap varian Delta.
Reuters melaporkan, riset tersebut baru dilakukan terhadap sekelompok kecil, hanya 33 orang yang sudah divaksin dan belum. Hasilnya, netralisasi virus Omicron meningkat 14 kali lipat selama 14 hari setelah terinfeksi, dan netralisasi varian naik 4,4 kali lipat.
“Peningkatan netralisasi varian Delta pada individu yang terinfeksi Omicron dapat menurunkan kemampuan Delta untuk menginfeksi kembali individu tersebut,” kata para ilmuwan, sebagaimana diwartakan Reuters, Selasa (27/12).
Hasil riset tersebut juga dikatakan konsisten dengan temuan sebelumnya yakni Omicron menggantikan varian Delta karena individu yang terinfeksi memperoleh kekebalan yang menetralisir Delta.
Hal tersebut bisa memberikan sentimen positif ke pasar finansial yang bisa menguntungkan bagi rupiah pada perdagangan Rabu (29/12).
Secara teknikal, belum ada perubahan level-level yang harus diperhatikan, rupiah masih berada di bawah rerata pergerakan 50 hari (Moving Average 50/ MA 50) di kisaran Rp 14.260/US$ hingga Rp 14.270/US$. Artinya, rupiah yang disimbolkan USD/IDR kini sudah bergerak di bawah tiga MA, yang tentunya membuka peluang berlanjutnya penguatan.
Selama mampu bertahan di bawah MA 50, rupiah berpeluang menguat menguji kembali Rp 14.170/US$. Penembusan ke bawah level tersebut akan membuka peluang rupiah ke Rp 14.100/US$ di pekan ini.
Tetapi patut diwaspadai koreksi yang bisa menerpa rupiah. Sebab, indikator Stochastic sudah dekat dengan wilayah jenuh jual (oversold).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
MA 50 kini menjadi resisten terdekat. Jika ditembus rupiah berisiko melemah ke Rp 14.320/US$ di pekan ini.
Sumber CNBC Indonesia