Rupiah kemarin menunjukkan kinerja yang cukup impresif, menguat tipis 0,04% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.235/US$, padahal sentimen pelaku pasar sedang memburuk.
Penguatan rupiah berpeluang berlanjut pada hari ini, Rabu (22/9), meski juga tidak akan besar, sebab ada bank sentral AS (The Fed) yang akan mengumumkan kebijakan moneter pada Kamis dini hari besok.
The Fed diperkirakan akan memberikan detail tapering serta proyeksi suku bunga ke depannya. Meski demikian, ketua The Fed Jerome Powell juga diperkirakan akan berusaha menenangkan pasar, selain juga mensinyalkan untuk bersiap dengan tapering.
Sementara itu Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo, saat mengumumkan kebijakan moneter kemarin meyakini tapering tidak akan terlalu berdampak signifikan terhadap pasar keuangan. Dampaknya tentu ada, tetapi tidak sebesar taper tantrum 2013-2015.
“Insya Allah dengan berbagai asesmen, kondisi ekonomi, dan pengalaman yang kami lakukan, dampak tapering The Fed bisa diantisipasi secara baik dan lebih rendah dibandingkan taper tantrum pada 2013,” tegas Perry dalam konferensi pers usai Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI periode September 2021, Selasa (21/9).
Secara teknikal, sepanjang September rupiah yang disimbolkan USD/IDR bergerak sideways dengan batas atas di kisaran Rp 14.280/US$ dan batas bawah di Rp 14.185/US$.
Sideways artinya rupiah cenderung bergerak dalam rentang harga tersebut. Kemudian, Pola Hammer masih menjadi risiko utama rupiah.
Sementara tekanan koreksi dari indikator stochastic yang oversold sudah meredah.
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Kini, Stochastic sudah keluar dari wilayah oversold, tinggal pola Hammer yang menjadi sinyal pembalikan arah.
Pola Hammer tersebut masih menjadi mimpi buruk bagi rupiah, pada perdagangan Kamis (9/9) rupiah menutup perdagangan di atas pola tersebut. Artinya, pola Hammer terkonfirmasi sebagai pola pembalikan arah, rupiah patut waspada. Pola Hammer baru batal ketika rupiah melewati tail (ekor) di Rp 14.170/US$.
Meski demikian, rupiah yang disimbolkan USD/IDR masih berada di bawah rerata pergerakan 50 hari (moving average 50/MA 50), MA 100, dan MA 200 sepanjang pekan lalu. Artinya, rupiah bergerak di bawah 3 MA yang bisa memberikan tenaga menguat.
Selain itu, rupiah juga sudah menembus ke bawah bullish trend line (garis warna merah) yang menguntungkan dolar AS.
Support terdekat berada di kisaran Rp 14.200/US$ yang menjadi target penguatan hari ini. Jika level tersebut dilewati maka target selanjutnya Rp 14.170/US$. Penembusan di bawah level tersebut akan membawa Rupiah menuju Rp 14.150 hingga Rp 14.120/US$, dan membuka peluang ke Rp 14.000an/US$ jika area tersebut juga dilewati.
Sementara resisten terdekat berada di kisaran Rp 14.230/US$ hingga Rp 14.250/US$. Jika ditembus, rupiah berisiko melemah ke Rp 14.280/US$ hingga Rp 14.290/US$ yang merupakan MA 200. Penembusan di atas level tersebut akan membuat rupiah merosot di pekan ini ke menuju Rp 14.350/US$.
Sumber CNBC Indonesia