Skip to content

BI Bersiap Hadapi Tapering, Rupiah Tak Gentar Lawan Dolar AS

Rupiah gagal mencetak hat-trick alias penguatan 3 hari beruntun melawan dolar Amerika Serikat (AS) Rabu kemarin (25/8)  setelah berakhir melemah tipis 0,03% ke Rp 14.395/US$.

Pelaku pasar saat ini berhati-hati jelang pertemuan Jackson Hole di Amerika Serikat Jumat mendatang.

Meski demikian, indeks dolar AS masih terus menurun yang membuka peluang penguatan rupiah pada perdagangan Kamis (26/8/2021). Kemarin, indeks yang mengukur kekuatan dolar AS ini melemah tipis 0,07%, tetapi sudah turun dalam 4 hari beruntun.

Di pekan ini saja, total indeks dolar AS turun 0,7%, padahal sepanjang pekan lalu melesat 1%. Artinya dolar AS tidak menakutkan lagi di pekan ini. 

Pertemuan Jackson Hole di Amerika Serikat yang akan diadakan pada Jumat nanti menjadi perhatian pelaku pasar. Pertemuan ini akan dihadiri pimpinan bank sentral, menteri keuangan, akademisi hingga praktisi pasar finansial dari berbagai negara.

Dolar AS menunggu pertemuan tersebut, sebab ketua bank sentral AS (The Fed), Jerome Powell, diperkirakan akan memberikan detail kapan dan bagaimana tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) akan dilakukan.

“Kami pikir investor akan menunggu untuk mendengar tapering dari Jerome Powell pada hari Jumat, sebelum kembali masuk ke aset-aset berisiko lagi, dan menjual dolar AS,” tulis ahli strategi dari ING dalam catatan kepada nasabahnya yang dikutip CNBC International, Selasa (24/8/2021).

Menguatnya isu tapering membuat Bank Indonesia melakukan stress test dengan menyiapkan sejumlah kebijakan, guna memitigasi adanya tekanan potensi di pasar keuangan tanah air. Hal tersebut diungkapkan Deputi Gubernur Senior BI, Destry Damayanti.

“Ke depan ada risiko rencana kebijakan pengurangan stimulus atau tapering oleh The Fed. Kita sepakat akan melakukan stress test simulasi antisipasi tapering,” ujarnya dalam rapat bersama Banggar DPR, Rabu (25/8/2021).

Selain risiko tapering tersebut, stress test yang akan dilakukan oleh BI juga untuk mengantisipasi peningkatan varian Delta Covid-19 yang bisa memicu penurunan kepercayaan para investor.

Secara teknikal, rupiah masih berada di bawah rerata pergerakan 50 hari (moving average 50/MA 50), dan MA 100 di kisaran Rp 14.400/US$. Selama tertahan di bawahnya, rupiah berpeluang menguat ke Rp 14.370/US$. Penembusan di bawah level tersebut akan membawa rupiah ke Rp 14.350 hingga Rp 14.335/US$.

Indikator stochastic kini bergerak naik, setelah sebelumnya sempat mendekati wilayah jenuh jual (oversold). 

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Jika kembali ke atas MA 100, rupiah berisiko kembali melemah ke Rp 14.430/US$, sebelum menuju Rp 14.450 hingga 14.460/US$.

Sumber CNBC Indonesia

You cannot copy content of this page