Nilai tukar rupiah kembali terpuruk melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (5/3/2021), akibat yield obligasi (Treasury) AS yang kembali naik. Sementara itu dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) melaporkan cadangan devisa kembali mencetak rekor tertinggi sepanjang masa.
Melansir data Refintiv, rupiah membuka perdagangan dengan stagnan di Rp 14.260/US$. Tetapi tidak lama, Mata Uang Garuda langsung merosot hingga 0,56% di Rp 14.340/US$. Level tersebut merupakan yang terlemah baru di tahun ini, serta sejak 5 November lalu.
Posisi rupiah sedikit membaik, pada pukul 12:00 WIB berada di level Rp 14.300/US$, melemah 0,28% di pasar spot.
Di sisa perdagangan hari ini, rupiah cukup sulit untuk bangkit dan berbalik menguat, tetapi masih bisa memangkas pelemahan. Hal tersebut terindikasi dari pergerakannya di pasar non-deliverable forward (NDF) siang ini yang sedikit menguat dibandingkan beberapa saat sebelum pembukaan perdagangan hari ini.
NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.
Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot.
Kemarin, yield Treasury tenor 10 tahun naik 8,01 basis poin ke 1,5484%. Level tersebut merupakan penutupan perdagangan tertinggi di tahun ini, dan sejak Februari 2020 lalu.
Pada Kamis pekan lalu, yield ini memang sempat menembus level 1,6%, tetapi setelahnya terpangkas dan mengakhiri perdagangan di 1,5150%
Kenaikan yield Treasury tersebut memberikan 3 pukulan telak bagi rupiah. 3 hal yang memberikan pukulan telak. Yang pertama memburuknya sentimen pelaku pasar yang tercermin dari jeblolnya bursa saham, yang kedua risiko capital outflow di pasar obligasi sebab selisih yield antara Treasury dengan Surat Berharga Negara (SBN) menjadi menipis, dan yang terakhir melesatnya indeks dolar AS.
Indeks yang mengukur kekuatan mata uang Paman Sam ini kemarin ikut melesat bersama yield Treasury. Indeks dolar AS menyentuh level tertinggi dalam 3 bulan terakhir setelah mengakhiri sesi di level 91,614 atau melesat 0,73%.
Sementara itu dari dalam negeri, BI melaporkan posisi cadangan devisa pada akhir Februari sebesar US$ 138,8 miliar, naik US$ 800 juta dibandingkan dengan possisi akhir Januari lalu.
Posisi cadev di bulan Februari lalu merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah, mematahkan rekor sebelumnya US$ 138 miliar yang dicapai pada bulan Januari lalu. Artinya dalam 2 bulan pertama tahun ini, cadev Indonesia terus mencetak rekor tertinggi.
Dengan kenaikan cadangan devisa tersebut, BI menjadi punya lebih banyak amunisi untuk menstabilkan rupiah saat mengalami gejolak. Namun sayangnya, kenaikan cadev tersebut belum mampu membawa rupiah bangkit hari ini.
Sumber CNBC Indonesia