Rupiah tertahan di zona merah nyaris sepanjang perdagangan kemarin, tetapi di akhir perdagangan mampu bangkit hingga berakhir stagnan melawan dolar Amerika Serikat (AS). Stagnannya rupiah bisa dikatakan cukup bagus, sebab dolar AS sedang kuat-kuatnya sebab meningkatnya permintaan aset safe haven setelah kasus corona varian delta melonjak ribuan persen di Amerika Serikat.
Sementara risalah rapat kebijakan moneter bank sentral AS (The Fed) tadi malam menunjukkan tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) bisa dilakukan di tahun ini. Sehingga, ada risiko rupiah akan tertekan pada perdagangan Kamis (19/8/2021).
Tapering bisa dilakukan tahun ini sebab inflasi dikatakan sudah mencapai target dan pemulihan pasar tenaga kerja juga hampir sesuai ekspektasi.
“Melihat ke depan, sebagian besar partisipan (Federal Open Market Committee/FOMC) mencatat bahwa selama pemulihan ekonomi secara luas sesuai dengan ekspektasi mereka, maka akan tepat untuk melakukan pengurangan nilai pembelian aset di tahun ini,” tulis risalah tersebut.
Mayoritas anggota FOMC yang memilih melakukan tapering di tahun ini lebih cepat ketimbang hasil polling yang dilakukan Reuters terhadap para analis.
Sebanyak 28 dari 43 analis memprediksi The Fed akan mengumumkan tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) pada bulan September.
Sementara polling mengenai kapan tapering akan mulai dilakukan, sebanyak 26 dari 43 analis memprediksi pada kuartal I-2021. Sementara sisanya mengatakan tapering pertama akan dilakukan di kuartal IV-2021.
Tapering menjadi sesuatu yang ditakutkan pasar saat ini. Pernah terjadi pada tahun 2013 lalu, kebijakan tersebut memicu aliran modal keluar dari negara emerging market dan kembali ke Amerika Serikat, yang saat itu disebut taper tantrum.
Taper tantrum membuat aset-aset berisiko berguguran dalam jangka pendek, tetapi mata uang seperti rupiah akan mengalami tekanan lebih lama.
Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) hari ini diperkirakan masih mempertahankan suku bunga acuan dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulan ini.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan suku bunga acuan BI 7 Day Reverse Repo Rate akan bertahan di 3,5%.
Seluruh institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus memperkirakan suku bunga acuan bertahan. Semua sepakat bulat, aklamasi, tiada dissenting opinion.
Kali terakhir BI mengubah suku bunga acuan adalah Februari 2021, kala itu BI 7 Day Reverse Repo Rate diturunkan 25 basis poin (bps) menjadi 3,75%, terendah sepanjang sejarah. Sejak saat itu, suku bunga acuan belum ‘diutak-atik’ lagi.
Yang akan menjadi perhatian bagaimana BI merespon kemungkinan tapering di tahun ini. Sebab amanat utama BI adalah menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Ini bisa dilakukan dengan menjaga suku bunga tetap kompetitif sehingga arus modal asing berkenan masuk ke Indonesia dan menjaga stabilitas rupiah.
Seperti disebutkan sebelumnya, berkaca dari 2013 tapering memicu capital outflow dari negara emerging market seperti Indonesia, dan rupiah akhirnya tertekan dalam waktu yang cukup lama.
Secara teknikal, stagnannya rupiah kemarin membuat belum ada perubahan level-level yang harus diperhatikan. Rupiah masih tertahan di bawah resisten Rp 14.400/US$ hingga 14.410/US$.
Jika hari ini level tersebut dilewati rupiah berisiko jeblok ke Rp 14.450/US$. Penutupan perdagangan di atas level tersebut akan membawa rupiah menuju Rp 14.500/US$ bahkan bisa lebih tinggi lagi di pekan ini.
Rupiah masih memilik potensi menguat, sebab kini bergerak di bawah rerata pergerakan 50 hari (moving average 50/MA 50), dan MA 100 yang berada di kisaran Rp 14.410/US$. Apalagi indikator stochastic belum mencapai wilayah jenuh jual (oversold).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Ketika rupiah yang disimbolkan USD/IDR mencapai wilayah oversold, maka ada kemungkinan berbalik naik, artinya rupiah melemah.
Support terdekat berada di kisaran Rp 14.350/US$ yang menjadi target penguatan. Penembusan ke bawah level tersebut akan membuka peluang ke Rp 14.300/US$.
Sumber CNBC Indonesia