Rupiah sukses mencatat penguatan 3 hari beruntun melawan dolar Amerika Serikat (AS). Sentimen positif datang dari dalam negeri yang membuat rupiah mampu mencatat penguatan tipis 0,04% ke Rp 14.300/US$ kemarin.
Kemarin, Bank Indonesia (BI) melaporkan penjualan ritel di bulan November melesat 10,8% year-on-year (yoy), dari bulan sebelumnya yang naik 6,5% (yoy).
“Mayoritas kelompok mencatatkan perbaikan kinerja penjualan eceran secara tahunan, terutama Kelompok Bahan Bakar Kendaraan Bermotor dan Makanan, Minuman, dan Tembakau,” tulis BI dalam keterangan resminya, Selasa (11/1).
Sebelumnya, Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, mengungkapkan pemerintah Indonesia siap untuk kembali membuka keran ekspor batu bara secara bertahap mulai hari ini, Rabu (12/1).
Dengan dibukanya kembali keran ekspor, maka neraca dagang Indonesia bisa mempertahankan surplusnya. Tingginya harga batu bara menjadi salah satu pendongkrak neraca dagang hingga mencatat surplus selama 19 bulan beruntun hingga November lalu.
Surplus tersebut akan membantu transaksi berjalan (current account) Indonesia agar tidak mengalami defisit yang besar bahkan bisa mencatat surplus.
Defisit transaksi berjalan yang tidak besar atau jika bisa surplus akan memberikan dampak positif ke rupiah.
Ketika ekspor batu bara dilarang, surplus tentunya akan menyempit, bahkan tidak menutup kemungkinan kembali defisit. Sebab Penjualan batu bara ke luar negeri tersebut rata-rata tiap bulan ditaksir bernilai US$ 1,4 – 1,7 miliar atau senilai Rp 20 – 24 triliun (kurs Rp 14.350/US$).
Rupiah berpeluang melanjutkan menjadi 4 hari beruntun pada perdagangan Rabu (12/1) melihat indeks dolar AS yang merosot 0,39% ke 95,612. Level tersebut merupakan penutupan terendah dalam 2 bulan terakhir.
Secara teknikal, belum ada perubahan level-level yang harus diperhatikan. Rupiah masih melanjutkan tren penguatan setelah indikator stochastic yang mencapai jenuh beli (overbought) pada grafik harian serta pola Doji akhirnya menunjukkan efeknya.
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Ketika Stochastic mencapai overbought, maka USD/IDR berpeluang bergerak turun. Artinya rupiah berpotensi menguat.
Selain itu, Doji memberikan sinyal netral. Artinya, pelaku pasar masih ragu-ragu menentukan arah, apakah lanjut naik atau balik turun.
Mengingat Doji muncul saat posisi rupiah sedang menanjak dan Stochastic masuk wilayah overbought, akhirnya USD/IDR menurun.
Rupiah kini sudah berada di bawah rerata pergerakan 200 hari (Moving Average 200/ MA 200). Tetapi penguatannya masih tertahan MA 50 di kisaran Rp 14.290/US$ hingga Rp 14.300/US$. Level tersebut menjadi support terdekat, jika mampu ditembus rupiah berpeluang menguat ke Rp 14.260/US$ sampai Rp 14.265/US$.
Sementara selama tertahan di atas support, rupiah berisiko melemah ke Rp 14.330/US$ hingga Rp 14.340/US$ yang merupakan MA 200. Jika level tersebut dilewati, rupiah berisiko melemah lebih jauh.
Sumber CNBC Indonesia