Skip to content

Dolar AS Sedang Lesu, Kenapa Rupiah Malah Melemah?

  • by

Nilai tukar rupiah melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) hingga pertengahan perdagangan Jumat (22/1/2021). Padahal dolar AS sedang melemah, tetapi rupiah justru berbalik ke atas level Rp 14.000/US$.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan di level Rp 13.980/US$, tetapi tidak lama berbalik melemah hingga 0,32% ke Rp 14.025/US$. Rupiah berhasil memangkas pelamahan ke Rp 14.010/US$ dan bertahan di level tersebut hingga pukul 12:00 WIB.

Indeks dolar AS pada perdagangan Kamis kemarin merosot 0,42%, dan berlanjut 0,04% hingga siang ini. Dolar AS tertekan setelah pelantikan Joseph ‘Joe’ Biden sebagai Presiden AS ke-46

Selain pelantikan Biden, Senat AS yang sebelumnya dikuasai oleh Partai Republik, kini dikuasai oleh Partai Demokrat. Sehingga blue wave atau kemenangan penuh Partai Demokrat berhasil dicapai.

Parlemen AS menganut sistem 2 kamar, House of Representative (DPR) yang sudah dikuasai Partai Demokrat sejak lama, dan Senat yang pada rezim Donald Trump dikuasai Partai Republik.

Dengan dikuasainya DPR dan Senat, tentunya akan memudahkan dalam mengambil kebijakan, termasuk dalam meloloskan paket stimulus fiskal US$ 1,9 triliun.

Saat stimulus tersebut cair, maka jumlah uang bereda di perekonomian AS akan bertambah, dan dolar AS berisiko tertekan.

Namun sayangnya rupiah gagal memanfaatkan tersebut untuk menguat. Mata Uang Garuda juga mendapat sentimen kurang bagus dari Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang diperpanjang di Jawa-Bali kembali diperpanjang 2 pekan hingga 8 Februari mendatang.

Keputusan perpanjangan PPKM tersebut itu disampaikan oleh Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional Airlangga Hartarto dalam keterangan pers di Kantor Presiden, Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (21/1/2021).

Diperpanjangnya PPKM tentunya dapat menghambat laju pemulihan ekonomi Indonesia yang berdampak negatif ke pasar.

Rupiah terlihat sulit untuk kembali ke bawah level Rp 14.000/US$. Hal tersebut terindikasi dari pergerakannya di pasar non-deliverable forward (NDF) yang lebih lemah siang ini dibandingkan dengan beberapa saat sebelum pembukaan pagi tadi.

Sumber CNBC Indonesia

You cannot copy content of this page