Skip to content

Dolar AS Terus Terpuruk, Rupiah Kokoh di Bawah Rp 14.400/US$

  • by

Nilai tukar rupiah mampu bertahan di bawah Rp 14.400/US$ hingga pertengahan perdagangan Senin (30/8/2021). Dolar Amerika Serikat (AS) masih terus terpuruk pasca simposium Jackson Hole Jumat pekan lalu, membuat rupiah leluasa menguat.

Melansir data Refintiv, rupiah langsung menguat 0,17% ke Rp 14.390/US$ begitu perdagangan dibuka. Penguatan rupiah semakin tebal hingga 0,45% ke Rp 14.350/US$, sebelum terpangkas dan berada di Rp 14.370/US$ pada pukul 12:00 WIB.

Di sisa perdagangan hari ini, rupiah masih akan mampu bertahan di bawah Rp 14.400/US$. Hal tersebut terlihat dari pergerakannya di pasar non-deliverable forward (NDF) yang sedikit lebih lemah siang ini ketimbang beberapa saat sebelum pembukaan perdagangan pagi tadi.

NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Sebelumnya pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.

Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot.

Pada perdagangan Jumat lalu, indeks dolar AS merosot 0,4%, dan selama sepekan anjlok 0,87% yang membuat rupiah menguat di awal pekan ini. Indeks dolar AS pun masih melemah 0,07% hari ini.

Tekanan bagi dolar AS datang setelah Powell menyatakan tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) tepat dilakukan di tahun ini. Tetapi dalam pertemuan Jackson Hole tersebut, Powell juga menegaskan tapering tidak ada kaitannya dengan suku bunga.

Artinya setelah tapering selesai, bukan berarti suku bunga akan dinaikkan.

“Powell masih belum memberikan waktu pasti kapan tapering akan dilakukan, dan sekali lagi menegaskan tapering dan kenaikan suku bunga merupakan keputusan yang berbeda. Sehingga akan ada jarak antara tapering dan kenaikan suku bunga,” kata analis dari ANZ dalam sebuah catatan sebagaimana dikutip CNBC International.

“Itu, pada gilirannya, membuat pasar melihat The Fed akan mengurangi stimulus, tetapi tidak akan secara agresif,” tambahnya.

Sumber CNBC Indonesia

You cannot copy content of this page