Nilai tukar rupiah melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) hingga pertengahan perdagangan Kamis (1/4/2021), hingga nyaris menyentuh Rp 14.590/US$. Rupiah masih melemah, meski data manufaktur menunjukkan ekspansi tertinggi sepanjang sejarah.
Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan stagnan di Rp 14.520/US$, setelahnya langsung melemah 0,48% ke Rp 14.590/US$. Rupiah berhasil memangkas pelemahan, berada di level Rp 14.550/US$ melemah 0,21% pada pukul 12:00 WIB.
Rupiah berisiko membukukan pelemahan di awal kuartal II-2021, sekaligus 4 hari beruntun, melihat pergerakannya di pasar non-deliverable forward (NDF) yang lebih lemah siang ini ketimbang beberapa saat sebelum pembukaan perdagangan pagi tadi. Artinya, di sisa perdagangan ini rupiah sulit untuk bangkit.
NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.
Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot.
Data yang dirilis pagi ini menunjukkan aktivitas manufaktur Indonesia meningkat tajam pada Maret 2021. Bahkan peningkatannya hingga mencapai posisi tertinggi sepanjang sejarah.
Aktivitas manufaktur, dicerminkan oleh Purchasing Managers’ Index (PMI), berada di 53,2 pada Maret 2021. Naik cukup tajam dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 50,9 sekaligus menjadi yang tertinggi sepanjang sejarah pencatatan PMI oleh IHS Markit yaitu sejak April 2011.
“Perbaikan yang menembus rekor ini didorong oleh pertumbuhan pesanan baru (new orders) dan produksi (output), keduanya mencapai angka tertinggi sejak survei dilakukan Produksi meningkat lima bulan beruntun karena dorongan permintaan baru,” sebut keterangan tertulis IHS Markit, Kamis (1/4/2021).
Dengan tingginya permintaan dan produksi, perusahaan meningkatkan pemesanan bahan baku. Para responden optimistis bahwa peningkatan produksi akan bertahan lama (sustainable) setidaknya sampai tahun depan.
Data tersebut menunjukkan pemulihan ekonomi masih terus berjalan, dan bisa memberikan sentimen positif ke pasar finansial, tetapi rupiah masih belum sanggup menguat.
Sumber CNBC Indonesia