Nilai tukar rupiah melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) hingga pertengahan perdagangan Senin (29/3/2021). Meski demikian, rupiah berpeluang bangit dan berbalik menguat di sisa perdagangan hari ini.
Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan stagnan di Rp 14.410/US$. Setelahnya rupiah langsung melemah hingga 0,21% ke Rp 14.440/US$. Rupiah mampu memangkas pelemahan menjadi 0,14% di Rp 14.430/US$ pada pukul 12:00 WIB.
Tanda-tanda rupiah bisa bangkit dan berbalik menguat terlihat dari pergerakannya di pasar non-deliverable forward (NDF) yang lebih kuat siang ini ketimbang beberapa saat sebelum pembukaan perdagangan pagi tadi.
NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.
Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot.
Selain itu sentimen pelaku pasar yang membaik, tercermin dari menguatnya mayoritas bursa saham Asia, juga membuka peluang penguatan rupiah.
Sebagai aset negara emerging market, rupiah akan diuntungkan kala sentimen membaik. Sebab, pelaku pasar akan mengalirkan modalnya ke dalam negeri.
Dari pasar saham, di perdagangan sesi I tercatat investor asing melakukan aksi beli bersih senilai Rp 68 miliar di pasar reguler.
Sementara itu dari pasar obligasi, yield Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun turun hingga siang ini.
Pergerakan yield berbanding terbalik dengan harga obligasi, ketika yield turun harga sedang naik, begitu juga sebaliknya. Ketika harga naik, maka ada aksi beli yang kemungkinan dilakukan oleh investor asing.
Capital inflow di pasar saham dan obligasi akan tersebut memberikan tenaga bagi rupiah untuk menguat.
Sumber CNBC Indonesia