Nilai tukar rupiah tertahan di zona merah melawan dolar Amerika Serikat (AS) hingga pertengahan perdagangan Kamis (30/12), sehari menjelang tahun 2021 berakhir. Rupiah sebenarnya dibuka melesat di awal perdagangan, tetapi tidak lama langsung berbalik melemah.
Melansir dara Refinitiv, begitu perdagangan dibuka rupiah langsung menguat 0,18% ke Rp 14.225/US$, setelahnya rupiah masuk ke zona merah dan tertahan di level Rp 14.260/US$, melemah 0,07% hingga pukul 12:00 WIB.
Kabar baik terkait penyakit akibat virus corona varian Omicron membuat rupiah melesat di awal perdagangan.
Sebelumnya, hasil studi di Afrika Selatan menunjukkan orang-orang yang terinfeksi Omicron, terutama yang sudah divaksin memiliki, akan memiliki imun yang lebih kuat dalam menghadapi varian Delta.
Terbaru, John Bell, profesor kedokteran di Universitas Oxford serta penasehat pemerintah Inggris menyatakan pemandangan horor gelombang Covid-19 sudah menjadi sejarah.
Saat berbicara di BBC Radio 4, Bell menganalisa data dari Inggris di mana penambahan kasus per hari mencapai rekor tertinggi, dan penerimaan pasien di rumah sakit berada di level tertinggi sejak bulan Maret. Tetapi, Bell mengatakan jumlah orang yang berada di ICU, khususnya yang sudah divaksinasi masih sangat, sangat rendah.
“Jumlah orang yang sakit parah dan meninggal akbat Covid-19 secara mendasar tidak mengalami perubahan sejak kita divaksinasi dan itu merupakan sesuatu yang sangat penting untuk diingat,” kata Bell kepada BBC sebagaimana diwartakan CNBC International, Rabu (29/12).
Kemudian dari Amerika Serikat, ahli penyakit menular Gedung Putih Anthony Fauci memperkirakan penyebaran Omicron di Negeri Paman Sam akan mencapai puncaknya pada akhir Januari.
“Saya membayangkan, melihat ukuran negara kita dan melihat perbedaan antara yang sudah divaksinasi dan belum, hal itu (puncak kasus) kemungkinan akan terjadi beberapa pekan lagi, saya pikir akan terjadi di akhir Januari,” tambahnya.
Sebelumnya dalam konferensi pers Gedung Putih, Fauci juga mengatakan jika data yang ada saat ini menunjukkan Omicron tidak menimbulkan penyakit berat seperti varian Delta. Tetapi, Fauci juga memperingatkan untuk tidak berpuas diri, sebab Omicron menyebar dengan sangat cepat.
Selain itu Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus juga optimistis fase akut dari pandemi bisa berakhir di tahun ini.
Namun, menjelang akhir tahun perdagangan cenderung sepi dan ada ekspektasi bank sentral AS (The Fed) akan menaikkan suku bunga di bulan Maret 2022, lebih cepat dari prediksi sebelumnya Juni 2022. Hal tersebut membuat rupiah sulit menguat.
Meski demikian, di sisa perdagangan hari ini rupiah berpeluang berbalik menguat melihat pergerakannya di pasar non-deliverable forward (NDF) yang lebih kuat siang ini ketimbang beberapa saat sebelum pembukaan perdagangan pagi tadi.
NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Sebelumnya pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.
Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot.
Sumber CNBC Indonesia