Sehari sebelum libur Hari Kemerdekaan Indonesia Selasa kemarin (17/8), nilai tukar rupiah sukses menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS). Penguatan tersebut menjadi yang pertama dalam 7 hari perdagangan terakhir.
Namun, pada perdagangan hari ini, Rabu (18/8/2021) ceritanya akan berbeda, rupiah berisiko berbalik melemah, bahkan cukup tajam. Sebabnya, lonjakan kasus corona varian delta di Amerika Serikat (AS) membuat pelaku pasar sedang keluar dari aset-aset berisiko dan beralih ke dolar AS.
Jika dilihat rata-rata kasus dalam 7 hari hingga awal pekan ini sebanyak 133.068 kasus dari total penduduk, menjadi yang tertinggi sejak 3 Februari lalu. Jika dilihat dari rata-rata pertengahan Juni lalu sekitar 12.000 kasus, artinya mengalami kenaikan sekitar 1.000%.
“Kita berada di pertengahan musim panas, orang-orang mulai berkumpul, mereka dalam kelompok yang besar. Vaksin telah membuat mereka merasa aman, dan mereka lupa dengan protokol kesehatan,” kata dr. Perkin Halkitis, dekan di Rutgers School of Public Health, dalam wawancara bersama CNBC International.
Ngerinya lonjakan kasus tersebut membuat pelaku pasar melihat risiko pelambatan ekonomi di AS semakin meningkat, bahkan China juga sudah mengalaminya. Alhasil, pelaku pasar mengalihkan investasinya ke aset aman (safe haven) kali ini dolar AS menjadi pilihan.
Dolar AS juga didukung oleh situasi di kekacauan yang terjadi di Afganistan.
“Konsumen AS berhati-hati melihat lonjakan corona delta, dikombinasikan dengan pelambatan ekonomi China serta gejolak politik di Afganistan, membuat investor keluar dari aset berisiko dan beralih ke dolar AS,” kata Karl Schamotta, kepala strategi pasar di Cambridge Global Payments di Toronto, sebagaimana dikutip CNBC International.
Indeks dolar AS pada perdagangan Selasa melesat 0,54% ke 93,132, dan berada di level penutupan tertinggi sejak 30 Maret lalu, ngeri!
Secara teknikal, penguatan rupiah di hari Senin belum merubah level-level yang harus diperhatikan. Rupiah masih tertahan di bawah resisten Rp 14.400/US$ hingga 14.410/US$.
Jika hari ini level tersebut dilewati rupiah berisiko jeblok ke Rp 14.450/US$. Penutupan perdagangan di atas level tersebut akan membawa rupiah menuju Rp 14.500/US$ bahkan bisa lebih tinggi lagi di pekan ini.
Rupiah masih memilik potensi menguat, sebab kini bergerak di bawah rerata pergerakan 50 hari (moving average 50/MA 50), dan MA 100 yang berada di kisaran Rp 14.410/US$. Apalagi indikator stochastic belum mencapai wilayah jenuh jual (oversold).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Ketika rupiah yang disimbolkan USD/IDR mencapai wilayah oversold, maka ada kemungkinan berbalik naik, artinya rupiah melemah.
Support terdekat berada di kisaran Rp 14.350/US$ yang menjadi target penguatan. Penembusan ke bawah level tersebut akan membuka peluang ke Rp 14.300/US$.
Sumber CNBC Indonesia