Nilai tukar rupiah terus keluar masuk zona merah hingga pertengahan perdagangan Rabu (28/7/2021). Meski demikian, peluang penguatan rupiah melawan dolar Amerika Serikat (AS) ini terbuka cukup lebar.
Melansir data dari Refintiv, rupiah membuka perdagangan dengan menguat 0,07% di Rp 14.480/US$. Tidak lama, rupiah langsung berbalik melemah 0,1% ke Rp 14.505/US$. Setelahnya rupiah terus keluar masuk zona merah, dan stagnan Rp 14.490/US$ pada pukul 12:00 WIB.
Peluang penguatan rupiah terlihat dari pergerakannya di pasar non-deliverable forward (NDF) yang lebih kuat siang ini ketimbang beberapa saat sebelum pembukaan perdagangan.
NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Sebelumnya pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.
Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot.
Ambrolnya bursa saham Asia membuat rupiah kesulitan menguat. Pasar saham China dan Hong Kong yang mengalami aksi jual dalam 2 hari terakhir membuat sentimen pelaku pasar memburuk dan menyeret bursa saham Asia lainnya.
Jebloknya bursa saham tersebut dipicu pemerintah China yang dikabarkan akan bertindak keras terhadap sektor teknologi. Indeks Hang Seng Hong Kong dalam 2 hari terakhir sudah ambrol lebih dari 8%, sementara Shanghai China nyaris 5%.
Saat sentimen pelaku pasar memburuk, maka dolar AS yang menyandang status safe haven yang diuntungkan.
“Ambrolnya bursa saham China menyebabkan efek riak-riak terhadap sentimen pelaku pasar global, dan memicu alih risiko (risk-off),” kata Imre Speizer, sebagaimana dilansir CNBC International, Rabu (28/7/2021).
Meski demikian, pelaku pasar juga masih wait and see jelang pengumuman kebijakan moneter bank sentral AS (The Fed). Sehingga penguatan dolar AS juga tertahan.
The Fed sendiri akan mengumumkan kebijakan moneter pada Kamis dini hari waktu Indonesia. Saat ini ada perbedaan pendapat dari para analis, ada yang melihat The Fed akan memberikan sinyal tapering dalam waktu dekat, yang lainnya memprediksi tapering masih jauh.
Sumber CNBC Indonesia