Rupiah sukses menguat 3 hari beruntun melawan dolar Amerika Serikat (AS) Selasa kemarin. Sementara di awal perdagangan hari ini, Rabu (10/11) rupiah melemah tipis.
Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan stagnan di Rp 14.240/US$. Setelahnya rupiah melemah 0,07% di Rp 14.250/US$ pada pukul 9:10 WIB.
Meski melemah tipis, rupiah berpeluang berbalik arah dan mencatat penguatan 4 hari beruntun. Sebabnya, indeks dolar AS Selasa kemarin kembali turun 0,1% setelah merosot 0,3% di awal pekan.
Data inflasi AS yang akan dirilis mala mini menjadi perhatian pelaku pasar saat ini. Sebelum ada tersebut dirilis, diperkirakan belum aka nada pergerakan besar di pasar valuta asing.
“Tidak akan ada banyak pergerakan menjelang rilis data CPI AS di hari Rabu. Kita baru akan melihat pergerakan yang lebih besar di pasar valuta asing setelah rilis data tersebut,” kata Mazen Issa, analis senior di TD Securities, sebagaimana diwartakan CNBC International, Selasa (9/11).
Hasil survei Reuters terhadap para ekonom menunjukkan inflasi berdasarkan consumer price index (CPI) diprediksi tumbuh 4,3% year-on-year (YoY).
Inflasi di AS memang sudah lewat jauh dari target bank sentral AS (The Fed) rata-rata 2%. Tetapi, hingga saat ini The Fed masih kukuh melihat tingginya inflasi tersebut hanya sementara, dan akan berlangsung hingga pertengahan tahun depan.
Pernyataan The Fed tersebut membuat pasar masih ragu apakah suku bunga akan dinaikkan tahun depan, yang membuat dolar AS berbalik melemah.
Presiden The Fed Minneapolis, Neel Kashkari memperkirakan akan ada lebih banyak kejelasan mengenai outlook perekonomian AS setelah tapering tuntas dilakukan pada pertengahan 2022, dan tetap terbuka untuk menaikkan suku bunga.
Seperti diketahui sebelumnya, The Fed pada pekan lalu mengumumkan tapering mulai dilakukan bulan ini dengan nilai US$ 15 miliar setiap bulannya. Melihat nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) saat ini senilai US$ 120 miliar/bulan, artinya perlu waktu hingga 8 bulan agar QE menjadi nol alias selesai.
“Saya belum mengambil sikap terkait suku bunga, kita masih melihat sinyal yang bervariasi dalam perekonomian” kata Kashkari sebagaimana dilansir Reuters, Selasa (9/11).
“Saya optimistis dalam tiga, enam, sembilan bulan ke depan akan ada lebih banyak informasi,” tambahnya.
Sumber CNBC Indonesia