Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat di perdagangan pasar spot pagi ini. Rupiah yang pekan lalu lesu tentu punya ruang untuk bangkit.
Pada Senin (24/5/2021), US$ 1 dibanderol Rp 14.325 kala pembukaan pasar spot. Rupiah menguat 0,17% dibandingkan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu.
Sepanjang minggu kemarin, mata uang Tanah Air melemah 1,09% di hadapan dolar AS secara point-to-point. Rupiah tidak sendirian, sejumlah mata uang Asia pun terdepresiasi.
Won Korea Selatan melemah 0,16%, ringgit Malaysia 0,39%, peso Filipina 0,34%, dan dolar Taiwan 0,01%. Namun memang depresiasi yang lebih dari 1% membuat rupiah jadi yang terlemah di Benua Kuning.
Minimnya sokongan arus modal membuat rupiah tidak bisa berbuat banyak. Di pasar saham, investor asing mencatatkan jual bersih Rp 460 miliar pada pekan lalu.
Di pasar obligasi pemerintah, imbal hasil (yield) surat utang seri acuan tenor 10 tahun naik 11,4 basis poin (bps). Kenaikan yield adalah pertanda harga obligasi sedang turun karena minimnya permntaan atau terpapar aksi jual.
Pekan lalu, pemerintah tidak melakukan lelang Surat Berharga Negara (SBN) sehingga wajar permintaan berkurang. Namun harus diakui aksi jual juga melanda pasar SBN.
Per 20 Mei 2021, nilai kepemilikan asing di SBN tercatat Rp 953,32 triliun. Turun Rp 1,04 triliun dibandingkan posisi awal pekan.
Nah, sekarang harga aset di pasar saham dan obligasi Ibu Pertiwi sudah turun, sudah murah, harga korting. Ini akan membuat pelaku pasar tertarik untuk kembali melakukan aksi borong. Arus modal yang masuk ke pasar keuangan ini akan menjadi modal bagi rupiah untuk menguat.
Sumber CNBC Indonesia