Apabila pemerintah tidak mengendalikan lonjakan Covid-19 pada pekan ini, maka hal tersebut berpotensi menurunkan ekspektasi investor terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Nilai tukar rupiah pada hari ini, Senin (21/6/2021) diprediksi melemah terbatas dibayangi oleh tingkat kasus positif Covid-19 yang terus melonjak.
VP Economist PT Bank Permata Tbk. Josua Pardede mengatakan, sentimen dari dalam negeri yang mempengaruhi gerak rupiah pada awal pekan ini masih dari lonjakan kasus Covid-19 yang berpotensi membuat pemerintah melakukan pengetatan kembali di sejumlah wilayah.
“Data sudah memperlihatkan selama tiga hari belakangan ini, kasus Covid naik signifikan. Kondisi ini berpengaruh tak hanya ke rupiah tapi juga pasar saham dan obligasi. Alhasil, ada desakan kepada pemerintah untuk menarik rem darurat,” kata dia kepada Bisnis, Senin (21/6/2021).
Menurut Josua, apabila pemerintah tidak merespon atau mengendalikan lonjakan Covid-19 pada pekan ini, maka hal tersebut berpotensi menurunkan ekspektasi investor terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pihaknya memprediksi rupiah akan berada di kisaran Rp14.300-Rp14.450 per dolar AS.
Sementara dari luar negeri, kata dia, sentimen masih datang dari ekspektasi pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat. Pelaku pasar tengah menanti realisasi dari data pertumbuhan ekonomi negeri Paman Sam untuk kuartal I/2021.
“Imbal hasil obligasi AS atau US Treasury tenor 10 tahun sempat turun 7 basis poin pada Jumat lalu. Meskipun inflasi mereka naik untuk Mei, tapi data ini belum cukup mengkonfirmasi pemulihan ekonomi,”jelasnya.
Dolar Amerika Serikat (AS) terpantau memperpanjang relinya terhadap sejumlah mata uang utama pada akhir perdagangan Jumat waktu AS (18/6/2021), setelah The Fed mengejutkan pasar dengan memberi sinyal akan menaikkan suku bunga dan mengakhiri pembelian obligasi darurat lebih cepat dari diperkirakan.
Mengutip Antara, Sabtu (19/6/2021), indeks dolar yang melacak greenback terhadap enam mata uang utama lainnya naik 0,37 persen ke level 92,213, tertinggi sejak pertengahan April. Reli ini menempatkan indeks pada penguatan hampir 2,0 persen selama sepekan, lompatan mingguan terbaik dalam sekitar 14 bulan.
Kepala mata uang Goldman Sachs Asset Management Arnab Nilim, yang telah menjual dolar AS menjelang pertemuan Fed Juni, mengatakan bahwa ia telah mengurangi posisinya dan mengharapkan dolar AS berkinerja baik, terutama terhadap mata uang berimbal hasil rendah.
Dengan Bank Sentral Eropa yang dovish tampaknya jauh di belakang The Fed dalam siklus kebijakan moneter, para pedagang akan enggan membeli euro terhadap dolar. “Bank sentral AS selangkah lebih maju dan akibatnya dolar kemungkinan akan tetap didukung dengan baik terhadap euro,” kata ahli strategi Commerzbank dalam catatan harian.
Sumber Bisnis.com