Skip to content

Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar AS Hari Ini, 20 April 2021

  • by

Sentimen dari ketegangan geopolitik AS dan China serta penantian pasar terhadap keputusan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia akan memengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah hari ini.

Nilai tukar rupiah diperkirakan melemah hari ini, Selasa (20/4/2021), di tengah penantian pasar terhadap hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia dan tensi geopolitik antara AS dan China

Ekonom CORE Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengatakan pergerakan rupiah salah satunya akan dipengaruhi oleh masalah geopolitik antara AS dan China. Ia memaparkan, masalah kedua negara yang kini turut melibatkan Jepang berpotensi menekan pergerakan mata uang rupiah.

“Konflik antara negara-negara tersebut meningkatkan potensi munculnya perang dagang jilid baru,” kata Yusuf saat dihubungi pada Senin (19/4/2021).

Sementara itu, dari dalam negeri pasar akan memantau keputusan Bank Indonesia (BI) terkait suku bunga acuan. Ia mengatakan, BI masih akan mempertahankan suku bunga acuannya.

Yusuf memperkirakan nilai tukar rupiah akan kembali melemah pada rentang Rp14.550-Rp14.560 per dolar AS untuk perdagangan besok.

Nilai tukar rupiah pada Senin (19/4/2021) ditutup menguat 17 poin atau 0,12 persen ke level Rp14.547 per dolar AS Sementara itu, indeks dolar AS terpantau melemah 0,274 poin atau 0,3 persen ke level 91,282.

Yusuf mengatakan menguatnya rupiah pada perdagangan kemarin disebabkan oleh tren serupa pada pasar non-deliverable forward (NDF).

Ia memaparkan, penguatan ini tidak terlepas dari penguatan indeks pada pasar NDF seperti di Hong Kong yang turut mempengaruhi sentimen psikologis investor pada pasar spot.

Sementara itu, data yang diterbitkan Bank Indonesia hari ini menempatkan kurs referensi Jisdor di level Rp14.568 per dolar AS, menguat 24 poin atau 0,16 persen dari posisi Jumat (16/4/2021) Rp14.592 per dolar AS.

Sementara itu, dari luar negeri, Gubernur The Fed, Jerome Powell mengindikasikan bahwa perekonomian AS akan segera membaik dan berpotensi mendorong kenaikan inflasi. Meski demikian, hal ini belum dibarengi dengan sinyal dari bank sentral untuk mengakomodasi perubahan ini.

Sumber Bisnis.com

You cannot copy content of this page