Pada akhir perdagangan Jumat (18/3/2022), rupiah ditutup tertekan 38 poin atau 0,27 persen terhadap dolar AS ke posisi Rp14.340 per dolar AS.
Nilai tukar rupiah diprediksi bergerak pada kisaran Rp14.300 – Rp14.400 pada perdagangan hari ini, Senin (21/3/2022).
Pada akhir perdagangan Jumat (18/3/2022), rupiah ditutup tertekan 38 poin atau 0,27 persen terhadap dolar AS ke posisi Rp14.340 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS tercatat menguat 0,66 persen.
Analis Komoditas Wahyu Laksono mengatakan, pelemahan rupiah pada akhir pekan masih wajar. Dia memperkirakan pekan depan bisa bergerak di kisaran Rp14.300 – Rp14.400.
“Indonesia masih lebih baik, dari sisi rupiah dan pasar modal IHSG dengan kepemilikan asing pada awal bulan ini sempat terjadi inflow besar sampai Rp8,46 triliun dalam sepekan,” ujarnya kepada Bisnis, Jumat (18/3/2022).
Wahyu mengatakan, fundamental dan teknikal domestik yang baik kurang berarti jika tekanan kapital yang keluar sangat besar. Untungnya kondisi AS dan Eropa cenderung melemah dan membuat kita lebih menarik dan bisa bertahan.
Dari sisi eksternal, ada masalah besar pertama dari sisi isu inflasi dan yields AS dan Eropa terancam inflasi layaknya era 70-an terkait harga komoditas yang mirip super cycle lantaran ada masalah geopolitik di Ukraina dan Rusia.
Kemudian, saat ini tuntutan kenaikan suku bunga sangat besar tapi, kondisi yield membuat serba salah, karena jika suku bunga naik akan memicu ancaman finansial dan memaksa AS untuk segera berbalik cut rate atau memangkas suku bunga.
“Jadi sentimen untuk Indonesia masih baik dan bisa terus mendukung IHSG dan nilai tukar rupiah, serta memicu bullish emiten terutama yang terkait komoditas. Korelasinya Indonesia negatif dengan Eropa, fundamentally kita masih bagus,” ungkapnya.
Dari dalam negeri, rupiah berpotensi bisa bertahan didukung oleh penguatan fundamental dari dalam negeri yang semakin membaik, mulai dari kenaikan harga komoditas neraca perdagangan Indonesia mencetak surplus 21 bulan beruntun, dan membantu transaksi berjalan Indonesia membukukan surplus sebesar US$1,4 miliar atau 0,4 persen dari produk domestik bruto (PDB) di kuartal IV/2021.
Sepanjang 2021, surplus transaksi berjalan tercatat sebesar US$3,3 miliar atau 0,3 persen dari PDB. Kali terakhir transaksi berjalan mencatat surplus secara tahunan yakni pada 2011 lalu.
Adapun, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor pada Februari 2022 mencapai US$20,46 miliar. Jumlah ini naik 6,73 persen secara month to month (mtm). Adapun, pada Januari 2022, nilai ekspor Indonesia sebesar US$19,16 miliar.
“Memang mereda nya isu geopolitik terkait perundingan Rusia-Ukraina serta Fed Hike menjadi faktor negatif bagi kita, yang justru saat perang malah kita diuntungkan,” kata Wahyu.
Sumber Bisnis.com