Pada perdagangan Kamis (9/12), nilai tukar rupiah ditutup kembali melemah 0,07 persen atau 9,5 poin ke posisi Rp14.366,50 per dolar AS.
Nilai tukar rupiah diperkirakan mengekor pergerakan mata uang lainnya di Asia hari ini, Jumat (10/12/2021), di tengah penguatan dolar AS.
Pada perdagangan Kamis (9/12), nilai tukar rupiah ditutup kembali melemah 0,07 persen atau 9,5 poin ke posisi Rp14.366,50 per dolar AS.
Hari ini, mayoritas mata uang di Asia bergerak melemah, ringgit Malaysia terpantau terkoreksi 0,05 persen, baht Thailand melemah 0,02 persen, sedangkan won Korea Selatan melemah 0,32 persen.
Di sisi lain, dolar Singapura terpantau menguat 0,01 persen dan yen Jepang naik 0,04 persen pagi ini.
Sementara itu, indeks dolar AS yang melacak pergerakan greenback terhadap mata uang utama ditutup menguat 0,377 poin atau 0,39 persen ke level 96,271 pada Kamis.
Dolar AS didukung oleh data yang menunjukkan jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran turun ke level terendah dalam lebih dari 52 tahun pekan lalu, karena kondisi pasar tenaga kerja terus mengetat di tengah kekurangan akut pekerja.
Investor juga menunggu data inflasi AS pada Jumat waktu setempat yang dapat mengatur nada untuk strategi Federal Reserve pada kenaikan suku bunga.
Wakil presiden transaksi dan perdagangan Tempus Inc John Doyle mengatakan ada kehati-hatian di pasar karena omicron. Meskipun sedikit mereda karena varian baru ini cenderung lebih ringan dibandingkan delta, tetapi laporan tentang betapa mudahnya varian itu menularkan telah menyebabkan kehati-hatian ekstra.
“Ada kekhawatiran tentang bagaimana pemerintah-pemerintah dapat bereaksi, dan ‘Rencana B’ Inggris adalah contoh yang bagus,” ungkap John, dilansir Antara, Jumat (10/12/2021).
Dengan Federal Reserve AS, Bank Sentral Eropa dan Bank Sentral Inggris di antara mereka yang bertemu untuk membahas kebijakan moneter minggu depan, investor akan mengawasi panduan ke depan, terutama dari The Fed. Beberapa analis memperkirakan rencana pelonggaran lebih cepat pada stimulus era pandemi.
Sumber Bisnis.com