Nilai tukar rupiah berisiko terkoreksi di tengah potensi penguatan dolar AS akibat kenaikan suku bunga The Fed lanjutan.
Mata uang rupiah bisa melemah kembali di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Jumat (17/6/2022) di tengah prospek kenaikan suku bunga Federal Reserve selanjutnya.
“Mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp.14.750 – Rp.14.810 hari ini,” papar Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi.
Kemarin, rupiah ditutup melemah 22,5 poin atau 0,15 persen ke level Rp14.767,5 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar di pasar spot tercatat naik 0,14 persen ke level 105,31.
Ibrahim Assuaibi mengatakan, pergerakan rupiah dipengaruhi oleh sikap investor yang mencerna kenaikan suku bunga 75 basis poin yang diumumkan oleh bank sentral Amerika Serikat hari Rabu, yang bertujuan untuk menjinakkan inflasi setelah indeks harga konsumen naik 8,6 persen YoY di bulan Mei, terbesar sejak 1994.
Ketua The Fed Jerome Powell mengatakan bank sentral akan memberikan kenaikan besar lainnya pada bulan Juli, tetapi kenaikan 75 basis poin hari ini terbilang cukup signifikan.
“Sangat jelas bahwa Fed akan melakukan apa pun untuk mengurangi inflasi secara paksa dan tingkat terminal akan mendekati 4 persen dan bahkan mungkin lebih tinggi,” jelasnya.
Sementara itu, dari dalam negeri, Direktorat Jenderal atau Ditjen Pajak Kementerian Keuangan mengklaim adanya peningkatan tajam jumlah peserta program pengungkapan sukarela atau PPS menjelang batas waktu pendaftaran.
Pada Juni 2022 terjadi peningkatan pesat peserta PPS dari bulan-bulan sebelumnya. Pasalnya, bulan Juni ini merupakan bulan terakhir peserta PPS dapat mengikuti program tersebut.
Di sisa 15 hari terakhir dari PPS, terlihat adanya tren realisasi yang melonjak tinggi. Jumlah peserta misalnya, dari rata-rata pada bulan Januari sampai dengan Mei yang hanya sekitar 11.000 wajib pajak, pada 15 hari awal bulan Juni saja sudah ada 32.000 wajib pajak yang ikut.
Total nilai harta bersih pada 15 hari pertama Juni 2022 bahkan tumbuh 304 persen dari nilai rata-rata Januari sampai dengan Mei. Nilai rata-rata dalam lima bulan terakhir adalah Rp20,7 triliun, sedangkan nilai harta bersih di 15 hari pertama Juni telah mencapai Rp83,6 triliun.
Harta terkumpul pada Januari mencapai Rp5,9 triliun, lalu Rp9,2 triliun pada Februari, Rp27,6 triliun pada Maret, Rp23 triliun pada April, Rp37,6 triliun pada Mei, dan Rp89,3 pada bulan berjalan ini. Total nilai harta bersih tercatat telah mencapai Rp192,6 triliun.
Sementara itu, realisasi per bulan dari PPh yang disetorkan yaitu Rp653 miliar pada Januari, Rp947 miliar pada Februari, Rp2,8 triliun pada Maret, Rp2,3 triliun pada April, dan Rp3,7 triliun pada Mei 2022. Perolehan PPh dari PPS sepanjang bulan berjalan telah mencapai Rp8,8 triliun. Total PPh yang diperoleh pemerintah sejauh ini telah mencapai Rp19,2 triliun.
Sumber Bisnis.com