Pergerakan mata uang rupiah masih dibayangi pelemahan dolar AS akibat kebijakan The Fed.
Mata uang rupiah mendapatkan angin segar seiring dengan pelemahan dolar AS setelah rapat Federal Reserve masih menetapkan kebijakan yang longgar.
Sebelumnya, kurs rupiah terpantau berada di posisi penguatan berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) pada Kamis (29/4/2021).
Data yang diterbitkan Bank Indonesia menempatkan kurs referensi Jisdor di level Rp14.468 per dolar AS, melompat 42 poin atau 0,29 persen dari posisi Rabu (28/4/2021) Rp14.510 per dolar AS.
Di sisi lain, berdasarkan data Bloomberg pada perdagangan kemarin, rupiah ditutup memantapkan penguatannya di sepanjang hari sebanyak 50 poin atau 0,34 persen menjadi Rp14.450 per dolar AS. Sementara itu indeks dolar AS naik 0,04 persen menuju 90,645.
Sebelumnya, Macroeconomic Analyst Bank Danamon Irman Faiz memaparkan perbaikan impor dan periode pembayaran dividen oleh perusahaan multinasional masih membayangi pergerakan nilai tukar rupiah dalam waktu dekat.
Prospek permintaan dolar AS yang tinggi akan menjadi pengganjal sehingga penguatan rupiah pada April-Mei ini masih terbatas.
“Mungkin pada akhir kuartal ini akan ada penguatan rupiah yang berarti. Sebelum semester dua nanti tekanan akan lebih besar datang dari perbaikan aktivitas impor dalam negeri dan kemungkinan kenaikan yield US Treasury,” kata Faiz kepada Bisnis.
Di sisi lain, ekspektasi tapering oleh Bank Sentral AS yang lebih terukur serta penurunan yield Treasury AS dinilai bisa menjadi penopang rupiah bersama mata uang lainnya terhadap greenback.
Sumber Bisnis.com