Rupiah diprediksi bergerak fluktuatif dengan kencenderungan melemah pada perdagangan hari ini di rentang Rp14.380 – Rp14.430
Mata uang rupiah diperkirakan cenderung tertekan pada perdagangan Kamis (12/8/2021) seiring dengan penguatan dolar AS.
“Rupiah akan bergerak fluktuatif dan ditutup melemah pada perdagangan berikutnya pada rentang Rp14.380 – Rp14.430,” papar Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam publikasi risetnya.
Mengutip Bloomberg pada Selasa (10/8/2021), rupiah ditutup turun 0,14 persen menjadi Rp14.382 per dolar AS pada akhir perdagangan.
Beberapa mata uang utama di kawasan Asia Pasifik lain yang juga melemah a.l. yen Jepang turun 0,15 persen, dolar Singapura turun 0,10 persen, dan won Korea Selatan turun 0,47 persen. Adapun, yuan China naik 0,07 persen dan dolar Hong Kong naik 0,01 persen.
Pada saat bersamaan, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback terhadap mata uang utama dunia menguat 0,09 persen menjadi 93.030.
Ibrahim menjelaskan penguatan dolar AS disokong oleh rilis data Pembukaan Pekerjaan bulanan dan Survei Perputaran Tenaga Kerja Departemen Tenaga Kerja AS pada Senin (9/8/2021).
Adapun, terpantau lowongan pekerjaan di Negeri Paman Sam meningkat 590.000 ke rekor tertinggi 10.100.000 pada hari terakhir Juni 2021.
“Ini mengikuti dari laporan pekerjaan resmi AS hari Jumat, di mana nonfarm payrolls naik 943.000 pada Juli, lebih dari yang diharapkan, sementara angka untuk Mei dan Juni juga direvisi naik,” tulis Ibrahim dalam riset harian, Selasa (10/8/2021).
Ibrahim menjelaskan kekuatan pasar tenaga kerja di AS mendorong pasar untuk menilai kembali waktu Federal Reserve mulai mengendalikan program pembelian aset senilai U$120 miliar. Nilai stimulus itu diperkirakan mulai menurun tahun ini dengan suku bunga yang lebih tinggi menyusul segera setelah 2022.
Risiko peristiwa besar berikutnya untuk pasar valuta asing disebut berasal dari rilis data inflasi konsumen AS pada Rabu (11/8/2021).
Dari dalam negeri, perpanjangan PPKM Level 4 hingga 16 Agustus 2021 sudah lebih diperkirakan pasar.
Kenaikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II/2021 pun sejauh ini tidak banyak direspons pasar karena angka tersebut terkesan rapuh dan semu.
“Pertumbuhan saat ini memang cukup baik namun yang perlu digaris bawahi adalah pelonggaran saat itu yang membuat kasus Covid-19 melonjak tajam,” tulis Ibrahim.
Sumber Bisnis.com