Skip to content

Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar AS Hari Ini, Kamis 16 Juni 2022

  • by

Hari ini rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif, tetapi berpotensi ditutup melemah di rentang Rp14.420-Rp14.800 per dolar AS.

Nilai tukar rupiah diprediksi masih bergejolak pada hari ini, Kamis (16/6/2022) usai pengumuman suku bunga Federal Reserves AS yang naik 75 basis poin.

Berdasarkan data Bloomberg, kemarin (15/6/2022) pukul 15.00 WIB, mata uang Garuda ditutup turun 46 poin atau 0,31 persen ke level Rp14.745 per dolar AS.

Adapun dolar AS tergelincir terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Rabu waktu setempat, setelah The Fed menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin.

Dolar 0,50 persen lebih rendah pada 104,76, setelah naik setinggi 105,79, terkuat sejak Desember 2002, segera setelah keputusan Fed.

The Fed menaikkan suku bunga dalam rangka meningkatkan perang melawan inflasi. Gubernur The Fed Jerome Powell pun mengisyaratkan kenaikan besar lainnya pada Juli 2022.

“Kenaikan 75 basis poin hari ini adalah kenaikan yang luar biasa besar dan saya tidak mengharapkan pergerakan sebesar ini menjadi umum,” kata Powell, mengutip Bloomberg, Rabu (15/6/2022)

Benjamin Jeffery dan Ian Lyngen, ahli strategi di BMO Capital Markets, menulis dalam sebuah catatan, kenaikan 75 basis poin adalah pertunjukan yang solid bahwa semuanya akan sama, ini berfungsi untuk meningkatkan kredibilitas Fed dan meninggalkan kebijakan moneter sedikit di belakang kurva inflasi.

“Respons dalam aset berisiko pada akhirnya akan menentukan sejauh mana Fed akan dapat menormalkan kebijakan moneter,” tulisnya.

Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan hari ini rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif, tetapi ditutup melemah di rentang Rp14.420-Rp14.800.

Sementara itu, dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) memperkirakan inflasi yang diukur atas Indeks Harga Konsumen (IHK) pada tahun 2022 akan meningkat hingga mencapai 4,2 persen.

Kondisi tersebut menjadi cerminan koordinasi fiskal dan moneter yang sangat kuat, di mana fiskal meningkatkan subsidi sehingga tidak semua kenaikan harga energi dan komoditas dunia berdampak kepada inflasi dalam negeri. BI juga ikut berpartisipasi dalam pembiayaan anggaran negara untuk tahun ini.

Sumber Bisnis.com

You cannot copy content of this page