Rupiah memiliki peluang menguat meski dolar AS ditopang kenaikan suku bunga Federal Reserve.
Rupiah diprediksi menguat di hadapan dolar AS pada perdagangan Kamis (17/3/2022) setelah Federal Reserve menaikkan suku bunga 25 bps sesuai ekspektasi pasar.
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi menyampaikan rupiah kemungkinan dibuka berfluktuasi namun ditutup melemah direntang Rp14.290-Rp14.350 per dolar AS pada hari ini.
Pada Rabu (16/3/2022), rupiah ditutup menguat 15 poin atau 0,10 persen ke Rp14.311 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS melemah 0,41 persen ke 98,69.
Selain rupiah, sejumlah mata uang lain di Asia juga menguat seperti dolar Singapura naik 0,32 persen, won Korea Selatan menguat 0,58 persen, rupee India menguat 0,43 persen, dan yen China menguat 0,35 persen.
Ibrahim menyebutkan indeks dolar AS melemah karena pasar menunggu untuk mendengar komentar Federal Reserve AS tentang kebijakan suku bunga dalam beberapa bulan mendatang.
“Pedagang ingin melihat apakah The Fed memberikan petunjuk tentang seberapa cepat akan menaikkan suku bunga lagi setelah mencapai kenaikan 0,25 poin yang mereka harapkan akan diumumkan pada Rabu,” tulisnya dalam riset harian, Rabu (16/3/2022).
Upaya bank sentral untuk menurunkan lonjakan inflasi tanpa memicu resesi ditantang lebih lanjut oleh dampak perang Ukraina.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy mengatakan pada hari Selasa bahwa Kyiv siap menerima jaminan keamanan yang menghentikan tujuan jangka panjangnya dari keanggotaan aliansi NATO, yang ditentang Moskow. Pembicaraan damai dengan Rusia, melalui tautan video, dilanjutkan pada Selasa, pertama kali putaran pembicaraan berlangsung di hari kedua.
“Kenaikan dolar sejak Mei tahun lalu membuat nada komentar Fed pada hari Rabu lebih penting. Kenaikannya baru-baru lantaran statusnya sebagai safe haven selama perang Ukraina dan ekspektasi bahwa suku bunga
Dari sisi internal, Pemerintah memperoleh pajak penghasilan atau PPh senilai Rp3,28 triliun setelah 75 hari pelaksanaan program pengungkapan sukarela atau PPS.
Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak Kementerian Keuangan mencatat bahwa hingga Rabu (16/3/2022), terdapat 23.633 wajib pajak yang mendaftar program PPS. Terdapat 26.672 surat keterangan dari seluruh peserta, sejak PPS berlaku pada 1 Januari 2022.
Total nilai harta bersih yang dilaporkan para peserta sejauh ini telah mencapai Rp31,75 triliun. Jika dihitung, rata-rata harta yang dilaporkan setiap peserta itu berkisar Rp1,34 miliar, tetapi nilai harta tersebut tentu akan berbeda-beda dari setiap wajib pajak.
Perolehan PPh itu mencapai 10,35 persen dari nilai harta seluruh peserta. Terdapat berbagai tarif PPh bagi peserta PPS yang sering disebut ‘tax amnesty jilid II’—bergantung kepada jenis program yang diikuti.
Aset para peserta PPS terdiri atas Rp27,7 triliun deklarasi dalam negeri dan repatriasi, mencakup 87,3 persen dari total harta. Lalu, terdapat Rp1,46 triliun deklarasi luar negeri atau 6,4 persen dari total aset.
Adapun, total dana yang diinvestasikan peserta PPS tercatat senilai Rp1,98 triliun. Jumlah itu mencakup sekitar 6,3 persen dari total nilai harta bersih. Peserta PPS memiliki pilihan untuk menempatkan investasinya di surat berharga negara (SBN) atau secara langsung ke perusahaan yang bergerak di bidang hilirisasi sumber daya alam atau energi baru dan terbarukan (EBT).
Sumber Bisnis.com