Mata uang rupiah berpeluang menguat pada hari ini menjelang keputusan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia dan bergerak di rentang Rp14.400-Rp14.450 per dolar AS.
Nilai tukar rupiah berpeluang menguat pada Kamis (18/3/2021) seiring dengan kebijakan Federal Reserve yang dovish bisa menekan dolar AS. Berdasarkan data Bloomberg, pada Rabu (17/3/2021) rupiah mengakhiri pergerakan pada level Rp14.427 per dolar AS setelah melemah 17,50 poin atau 0,12 persen dibandingkan penutupan kemarin. Nilai tukar mata uang garuda melemah sejak awal perdagangan. Bahkan sempat menyentuh level Rp14.457 pada jam-jam pertama perdagangan, tetapi akhirnya berhasil memperkecil pelemahannya.
Data yang diterbitkan Bank Indonesia menempatkan kurs referensi Jisdor di level Rp14.459 per dolar AS pada Rabu (17/3/2021), melemah 35 poin atau 0,24 persen dari posisi Selasa (16/3/2021) Rp14.424 per dolar
Mayoritas mata uang Asia mengalami depresiasi pada perdagangan kemarin seperti ringgit Malaysia -0,18 persen, peso Filipina 0,17 persen, baht Thailand -0,11 persen, serta won Korea Selatan dan rupee India yang kompak turun -0,03 persen,. Di sisi lain, indeks dolar AS di pasar spot terpantau menguat 0,57 poin atau 0,06 persen ke level 91,92.
Direktur TFRX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan pasar tengah menanti bagaimana hasil keputusan dalam Federal Open Market Committee (FMOC) atau dewan rapat kebijakan bank sentral AS. Dia menyebut mata uang greenback menguat seiring dengan ekspektasi bahwa The Fed akan merevisi perkiraan pertumbuhan ekonomi AS dan memutuskan untuk menaikkan suku bunga lebih cepat. “Pertanyaan besar bagi pelaku pasar adalah apakah Fed akan memberi sinyal adanya kecenderungan untuk mulai menaikkan suku bunga pada tahun 2023, lebih awal dari yang dikatakan sebelumnya, ini langkah yang dapat memicu reli lebih lanjut dalam dolar,” tulis Ibrahim dalam publikasi hariannya, dikutip Bisnis, Rabu (17/3/2021)
Di sisi lain, dari dalam negeri Ibrahim menyebut sentimen datang dari pemerintah yang secara terang-terangan memiliki kekhawatiran terhadap ancaman ekonomi di masa yang akan datang, bukan hanya buruk bagi Indonesia, tapi juga dunia. “Dikarenakan kebijakan stimulus yang jor-joran sehingga mengakibatkan harga-harga komoditas melonjak lebih tinggi,” jelas Ibrahim. Kekhawatiran ini mengacu pada Laporan World Economic Forum (WEF) bertajuk The Global Risk Report 2021 yang memaparkan bagaimana banyak negara dihadapkan konsekuensi atas kebijakan yang diambil ketika menghadapi pandemi. Ibrahim memprediksi mata uang rupiah berpeluang menguat pada hari ini menjelang keputusan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia dan bergerak di rentang Rp14.400-Rp14.450 per dolar AS.
Sumber Bisnis.com