Rupiah dalam jangka pendek masih akan bergerak pada kisaran Rp14.450-Rp14.550 per dolar AS.
Pergerakan nilai tukar rupiah pada Kamis (29/4/2021) diperkirakan cenderung tertekan seiring dengan penguatan dolar AS setelah putusan rapat Federal Reserve.
Rupiah ditutup terdepresiasi 0,10 persen atau 15 poin menjadi Rp14.500 pada Rabu (28/4/2021). Sejak awal tahun, mata uang garuda turun 3,20 persen.
Tak hanya rupiah, won Korea bahkan melemah lebih dalam lagi hari ini sebesar 0,24 persen, peso Filipina turun 0,17 persen, dan ringgit Malaysia turun 0,11 persen. Pada saat yang sama, indeks dolar AS menguat 0,12 persen menjadi 91.010.
Rupiah juga kembali terkoreksi berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) pada Rabu (28/4/2021).
Data yang diterbitkan Bank Indonesia menempatkan kurs referensi Jisdor berada di level Rp14.510 per dolar AS. Posisi ini turun membawa Jisdor turun 13 poin atau 0,09 persen dari posisi Selasa (27/4/2021) Rp14.497 per dolar AS.
Macroeconomic Analyst Bank Danamon Irman Faiz memaparkan perbaikan impor dan periode pembayaran dividen oleh perusahaan multinasional masih membayangi pergerakan nilai tukar rupiah dalam waktu dekat.
Prospek permintaan dolar AS yang tinggi akan menjadi pengganjal sehingga penguatan rupiah pada April-Mei ini masih terbatas.
“Mungkin pada akhir kuartal ini akan ada penguatan rupiah yang berarti. Sebelum semester dua nanti tekanan akan lebih besar datang dari perbaikan aktivitas impor dalam negeri dan kemungkinan kenaikan yield US Treasury,” kata Faiz kepada Bisnis.
Di sisi lain, ekspektasi tapering oleh Bank Sentral AS yang lebih terukur serta penurunan yield Treasury AS dinilai bisa menjadi penopang rupiah bersama mata uang lainnya terhadap greenback.
Faiz memperkirakan rupiah dalam jangka pendek masih akan bergerak pada kisaran Rp14.450-Rp14.550 per dolar AS.
Sumber Bisnis.com